SYARAT TUMBUH
Padi dapat tumbuh pada ketinggian 0-1500 mdpl dengan temperatur 19 - 270 C, memerlukan penyinaran matahari penuh tanpa naungan. Angin berpengaruh pada penyerbukan dan pembuahan. Padi menghendaki tanah lumpur yang subur dengan ketebalan 18-22 cm dan pH tanah 4 - 7.
PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
A.Benih
Dengan jarak tanam 25 x 25 cm per 1000 m2 sawah membutuhkan 1,5-3 kg. Jumlah ideal benih yang disebarkan sekitar 50-60 gr/m2. Perbandingan luas tanah untuk pembenihan dengan lahan tanam adalah 3 : 100, atau 1000 m2 sawah : 3,5 m2 pembibitan
Padi dapat tumbuh pada ketinggian 0-1500 mdpl dengan temperatur 19 - 270 C, memerlukan penyinaran matahari penuh tanpa naungan. Angin berpengaruh pada penyerbukan dan pembuahan. Padi menghendaki tanah lumpur yang subur dengan ketebalan 18-22 cm dan pH tanah 4 - 7.
PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
A.Benih
Dengan jarak tanam 25 x 25 cm per 1000 m2 sawah membutuhkan 1,5-3 kg. Jumlah ideal benih yang disebarkan sekitar 50-60 gr/m2. Perbandingan luas tanah untuk pembenihan dengan lahan tanam adalah 3 : 100, atau 1000 m2 sawah : 3,5 m2 pembibitan
B.Perendaman Benih
Benih direndam POC NASA dan air, dosis 2 cc/lt air selama 6-12 jam. tiriskan dan masukkan karung goni, benih padi yang mengambang dibuang. Selanjutnya diperam menggunakan daun pisang atau dipendam di dalam tanah selama 1 - 2 malam hingga benih berkecambah serentak.
Benih direndam POC NASA dan air, dosis 2 cc/lt air selama 6-12 jam. tiriskan dan masukkan karung goni, benih padi yang mengambang dibuang. Selanjutnya diperam menggunakan daun pisang atau dipendam di dalam tanah selama 1 - 2 malam hingga benih berkecambah serentak.
C.Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Persemaian diairi dengan berangsur sampai setinggi 3 - 5 cm. Setelah bibit berumur 7-10 hari dan 14-18 hari, dilakukan penyemprotan POC NASA dengan dosis 2 tutup/tangki.
Persemaian diairi dengan berangsur sampai setinggi 3 - 5 cm. Setelah bibit berumur 7-10 hari dan 14-18 hari, dilakukan penyemprotan POC NASA dengan dosis 2 tutup/tangki.
D. Pemindahan benih
Bibit yang siap dipindahtanamkan ke sawah berumur 21-40 hari, berdaun 5-7 helai, batang bawah besar dan kuat, pertumbuhan seragam, tidak terserang hama dan penyakit.
Bibit yang siap dipindahtanamkan ke sawah berumur 21-40 hari, berdaun 5-7 helai, batang bawah besar dan kuat, pertumbuhan seragam, tidak terserang hama dan penyakit.
F. Pemupukan
Pemupukan seperti pada tabel berikut, dosis pupuk sesuai dengan hasil panen yang diinginkan. Semua pupuk makro dicampur dan disebarkan merata ke lahan sesuai dosis.
Khusus penggunaan Hormonik bisa dicampurkan dengan POC NASA kemudian disemprotkan ( 3-4 tutup POC NASA + 1 tutup HORMONIK /tangki ). Hasil akan bervariasi tergantung jenis varietas, kondisi dan jenis tanah, serangan hama dan penyakit serta
TABEL PENGGUNAAN POC NASA DAN SUPERNASA
Pemupukan seperti pada tabel berikut, dosis pupuk sesuai dengan hasil panen yang diinginkan. Semua pupuk makro dicampur dan disebarkan merata ke lahan sesuai dosis.
Khusus penggunaan Hormonik bisa dicampurkan dengan POC NASA kemudian disemprotkan ( 3-4 tutup POC NASA + 1 tutup HORMONIK /tangki ). Hasil akan bervariasi tergantung jenis varietas, kondisi dan jenis tanah, serangan hama dan penyakit serta
TABEL PENGGUNAAN POC NASA DAN SUPERNASA
Waktu
Aplikasi
|
|||||
Jenis Pupuk
|
Olah
Tanah (kg)
|
14
hari ( kg )
|
30
hari ( kg )
|
45
hari ( kg )
|
60
hari ( kg )
|
Urea
|
36,5
|
9
|
9
|
9
|
9
|
ZA
|
3,5
|
1
|
1
|
1
|
1
|
SP-36
|
6,5
|
1,5
|
1,5
|
1,5
|
1,5
|
KCl
|
20
|
5
|
5
|
5
|
5
|
Dolomit
|
13
|
3
|
3
|
3
|
3
|
SPR NASA
|
2
botol ( siram)
|
2
botol ( siram)
|
-
|
-
|
-
|
Catatan : Dosis produksi padi 1,2
– 1,7 ton/ 1000 M2 Gabah Kering Panen
|
Waktu
Aplikasi
|
|||||
Jenis Pupuk
|
Olah
Tanah (kg)
|
10–14
hari ( kg )
|
25–28
hari ( kg )
|
42–45
hari ( kg )
|
|
Urea
|
12
|
6
|
6
|
6
|
|
SP-36
|
10
|
50
|
-
|
-
|
|
KCl
|
-
|
-
|
7
|
8
|
|
SPR NASA
|
1
botol (siram)
|
5
|
5
|
5
|
|
POC NASA
|
-
|
4-5
ttp/tgk (semprot)
|
4-5
ttp/tgk (semprot)
|
4-5
ttp/tgk (semprot)
|
|
Catatan : Dosis produksi padi 0,8
– 1,1 ton/ 1000 M2 Gabah Kering Panen
|
Waktu
Aplikasi
|
|||||
Jenis Pupuk
|
Olah
Tanah (kg)
|
10–14
hari ( kg )
|
25–28
hari ( kg )
|
42–45
hari ( kg )
|
|
Urea
|
10
|
4,5
|
4
|
4
|
|
SP-36
|
11,5
|
-
|
-
|
-
|
|
KCL
|
-
|
-
|
5
|
6,5
|
|
POC NASA
|
20-40
ttp (siram)
|
4-8
ttp/tgk (semprot)
|
4-8
ttp/tgk (semprot)
|
4-8
ttp/tgk (semprot)
|
|
HORMONIK
|
-
|
-
|
1
ttp/tgk campur NASA
|
1
ttp/tgk campur NASA
|
|
Catatan : Dosis produksi padi 0,8
– 1,1 ton/ 1000 M2 Gabah Kering Panen
|
- Pemberian SUPERNASA dengan cara dilarutkan dalam air secukupnya kemudian
disiramkan ( hanya disiramkan)
- Jika dengan POC NASA
dicampur air secukupnya bisa disiramkan atau disemprotkan.
- Khusus SP-36 bisa dilarutkan SUPERNASA atau POC NASA, sedang pupuk makro lainnya disebar secara merata.
G. PENGOLAHAN LAHAN RINGAN
Dilakukan pada umur 20 HST, bertujuan untuk sirkulasi udara dalam tanah, yaitu membuang gas beracun dan menyerap oksigen.
Dilakukan pada umur 20 HST, bertujuan untuk sirkulasi udara dalam tanah, yaitu membuang gas beracun dan menyerap oksigen.
H.PENYIANGAN
Penyiangan rumput-rumput liar seperti jajagoan, sunduk gangsir, teki dan eceng gondok dilakukan 3 kali umur 4 minggu, 35 dan 55.
I. PENGAIRAN
Penggenangan air dilakukan pada fase awal pertumbuhan, pembentukan anakan, pembungaan dan masa bunting. Sedangkan pengeringan hanya dilakukan pada fase sebelum bunting bertujuan menghentikan pembentukan anakan dan fase pemasakan biji untuk menyeragamkan dan mempercepat pemasakan biji.
J. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
- Hama putih (Nymphula depunctalis). Gejala : menyerang daun bibit, kerusakan berupa
titik-titik yang memanjang sejajar tulang daun, ulat menggulung daun padi.
Pengendalian: (1) pengaturan air yang baik, penggunaan bibit sehat,
melepaskan musuh alami, menggugurkan tabung daun; (2) menggunakan BVR atau Pestona.
- Padi Thrips (Thrips oryzae). Gejala:
daun menggulung dan berwarna kuning sampai kemerahan, pertumbuhan bibit
terhambat, pada tanaman dewasa gabah tidak berisi. Pengendalian: BVR atau Pestona.
- Wereng
penyerang batang padi: wereng padi coklat (Nilaparvata lugens), wereng
padi berpunggung putih (Sogatella furcifera) dan Wereng penyerang daun
padi: wereng padi hijau (Nephotettix apicalis dan N. impicticep). Merusak
dengan cara mengisap cairan batang padi dan dapat menularkan virus.
Gejala: tanaman padi menjadi kuning dan mengering, sekelompok tanaman
seperti terbakar, tanaman yang tidak mengering menjadi kerdil.
Pengendalian: (1) bertanam padi serempak, menggunakan varitas tahan wereng
seperti IR 36, IR 48, IR- 64, Cimanuk, Progo dsb, membersihkan lingkungan,
melepas musuh alami seperti laba-laba, kepinding dan kumbang lebah; (2)
penyemprotan BVR.
- Walang sangit (Leptocoriza acuta). Menyerang
buah padi yang masak susu. Gejala buah hampa atau berkualitas rendah
seperti berkerut, berwarna coklat dan tidak enak; pada daun terdapat
bercak bekas isapan dan bulir padi berbintik-bintik hitam. Pengendalian:
(1) bertanam serempak, peningkatankebersihan, mengumpulkan dan memusnahkan
telur, melepas musuh alami seperti jangkrik, laba-laba; (2) penyemprotan BVR atau PESTONA.
- Kepik hijau (Nezara viridula). Menyerang
batang dan buah padi. Gejala: pada batang tanaman terdapat bekas tusukan,
buah padi yang diserang memiliki noda bekas isapan dan pertumbuhan tanaman
terganggu. Pengendalian: mengumpulkan dan memusnahkan telur-telurnya,
penyemprotan BVR atau PESTONA.
- Penggerek batang padi terdiri atas: penggerek batang padi putih (Tryporhyza
innotata), kuning (T. incertulas), bergaris (Chilo supressalis) dan merah
jambu (Sesamia inferens). Menyerang batang dan pelepah daun. Gejala: pucuk
tanaman layu, kering berwarna kemerahan dan mudah dicabut, daun mengering
dan seluruh batang kering. Kerusakan pada tanaman muda disebut hama
"sundep" dan pada tanaman bunting (pengisian biji) disebut
"beluk". Pengendalian: (1) menggunakan varitas tahan,
meningkatkan kebersihan lingkungan, menggenangi sawah selama 15 hari
setelah panen agar kepompong mati, membakar jerami; (2) menggunakan BVR atau PESTONA.
- Hama tikus (Rattus argentiventer). Menyerang
batang muda (1-2 bulan) dan buah. Gejala: adanya tanaman padi yang roboh
pada petak sawah dan pada serangan hebat ditengah petak tidak ada tanaman.
Pengendalian: pergiliran tanaman, tanam serempak, sanitasi, gropyokan,
melepas musuh alami seperti ular dan burung hantu, penggunaan NAT (Natural
Aromatic).
- Burung.
Menyerang menjelang panen,
tangkai buah patah, biji berserakan. Pengendalian: mengusir dengan
bunyi-bunyian atau orang-orangan.
- Penyakit Bercak daun coklat. Penyebab:
jamur Helmintosporium oryzae. Gejala: menyerang pelepah, malai, buah yang
baru tumbuh dan bibit yang baru berkecambah. Biji berbercak-bercak coklat
tetapi tetap berisi, padi dewasa busuk kering, biji kecambah busuk dan
kecambah mati. Pengendalian: (1) merendam benih di air hangat + POC NASA,
pemupukan berimbang, tanam padi tahan penyakit ini.
- Penyakit Blast.
Penyebab: jamur Pyricularia
oryzae. Gejala: menyerang daun, buku pada malai dan ujung tangkai malai.
Daun, gelang buku, tangkai malai dan cabang di dekat pangkal malai
membusuk. Pemasakan makanan terhambat dan butiran padi menjadi hampa.
Pengendalian: (1) membakar sisa jerami, menggenangi sawah, menanam varitas
unggul Sentani, Cimandiri IR-48, IR-36, pemberian pupuk N di saat
pertengahan fase vegetatif dan fase pembentukan bulir; (2) pemberian GLIO di awal tanam.
- Busuk pelepah daun. Penyebab:
jamur Rhizoctonia sp. Gejala: menyerang daun dan pelepah daun pada tanaman
yang telah membentuk anakan. Menyebabkan jumlah dan mutu gabah menurun.
Pengendalian: (1) menanam padi tahan penyakit (2) pemberian GLIO pada saat pembentukan anakan.
- Penyakit Fusarium. Penyebab:
jamur Fusarium moniliforme. Gejala: menyerang malai dan biji muda menjadi
kecoklatan, daun terkulai, akar membusuk. Pengendalian: merenggangkan
jarak tanam, mencelupkan benih + POC NASA
dan disebari GLIO di lahan
- Penyakit kresek/hawar daun. Penyebab:
bakteri Xanthomonas campestris pv oryzae) Gejala: menyerang daun dan titik
tumbuh. Terdapat garis-garis di antara tulang daun, garis melepuh dan
berisi cairan kehitam-hitaman, daun mengering dan mati. Pengendalian: (1)
menanam varitas tahan penyakit seperti IR 36, IR 46, Cisadane, Cipunegara,
menghindari luka mekanis, sanitasi lingkungan; (2) pengendalian diawal
dengan GLIO.
- Penyakit kerdil. Penyebab:
virus ditularkan oleh wereng coklat Nilaparvata lugens. Gejala: menyerang
semua bagian tanaman, daun menjadi pendek, sempit, berwarna hijau
kekuning-kuningan, batang pendek, buku-buku pendek, anakan banyak tetapi
kecil. Pengendalian: sulit dilakukan, usaha pencegahan dengan memusnahkan
tanaman yang terserang ada mengendalikan vector dengan BVR atau PESTONA.
- Penyakit tungro. Penyebab:
virus yang ditularkan oleh wereng hijau Nephotettix impicticeps. Gejala:
menyerang semua bagian tanaman, pertumbuhan tanaman kurang sempurna, daun
kuning hingga kecoklatan, jumlah tunas berkurang, pembungaan tertunda,
malai kecil dan tidak berisi. Pengendalian: menanam padi tahan wereng
seperti Kelara, IR 52, IR 36, IR 48, IR 54, IR 46, IR 42 dan mengendalikan
vektor virus dengan BVR.
K. PANEN DAN PASCA PANEN
- Panen dilakukan jika butir gabah 80 % menguning dan
tangkainya menunduk
- Alat yang digunakan ketam atau sabit
- Setelah panen segera dirontokkan malainya dengan
perontok mesin atau tenaga manusia
- Usahakan kehilangan hasil panen seminimal
mungkin.
- Setelah dirontokkan diayaki (Jawa : ditapeni) dilakukan
pengeringan dengan sinar matahari 2-3 hari.
- Setelah kering lalu digiling yaitu pemisahan gabah dari
kulit bijinya.
- Beras siap dikonsumsi.
budidaya
tanaman padi
oleh
nabilussalam pada Juni 12, 2011
BUDIDAYA TANAMAN PADI
Oleh :
ALFIYAN ARIF (0910480184)
JENIS TANAMAN
Klasifikasi tanaman padi (Oryza
sativa) adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monotyledonae
Family : Gramineae (Poaceae)
Genus : Oryza
Spesies : Oryza spp.
Terdapat 25 spesies Oryza, yang
dikenal adalah O. sativa dengan dua subspecies yaitu Indica (padi bulu) yang
ditanam di Indonesia dan Sinica (padi cere). Padi dibedakan dalam dua tipe
yaitu padi kering (gogo) yang ditanam di dataran tinggi dan padi sawah di
dataran rendah yang memerlukan penggenangan. Varitas unggul nasional berasal
dari Bogor: Pelita I/1, Pelita I/2, Adil dan Makmur (dataran tinggi), Gemar,
Gati, GH 19, GH 34 dan GH 120 (dataran rendah).Varitas unggul introduksi dari
International Rice Research Institute (IRRI) Filipina adalah jenis IR atau PB
yaitu IR 22, IR 14, IR 46 dan IR 54 (dataran rendah); PB32, PB 34, PB 36 dan PB
48 (dataran rendah).
SYARAT PERTUMBUHAN
Iklim
Iklim
1. Tumbuh di daerah tropis/subtropis
pada 45 derajat LU sampai 45 derajat LS dengan cuaca panas dan kelembaban
tinggi dengan musim hujan 4 bulan.
2. Rata-rata curah hujan yang baik
adalah 200 mm/bulan atau 1500-2000 mm/tahun. Padi dapat ditanam di musim
kemarau atau hujan. Pada musim
kemarau produksi meningkat asalkan
air irigasi selalu tersedia. Di musim hujan, walaupun air melimpah prduksi
dapat menurun karena penyerbukan kurang intensif.
3. Di dataran rendah padi memerlukan
ketinggian 0-650 m dpl dengan temperature 22-27 derajat C sedangkan di dataran
tinggi 650-1.500 m dpl dengan temperature 19-23 derajat C.
4. Tanaman padi memerlukan
penyinaram matahari penuh tanpa naungan.
5. Angin berpengaruh pada
penyerbukan dan pembuahan tetapi jika terlalu kencang akan merobohkan tanaman.
Media Tanam
Media Tanam
1. Padi sawah ditanam di tanah
berlempung yang berat atau tanah yang memiliki lapisan keras 30 cm di bawah
permukaan tanah.
2. Menghendaki tanah lumpur yang
subur dengan ketebalan 18-22 cm.
3. Keasaman tanah antara pH 4,0-7,0.
Pada padi sawah, penggenangan akan mengubah pH tanam menjadi netral (7,0). Pada
prinsipnya tanah berkapur dengan pH 8,1-8,2 tidak merusak tanaman padi.Karena
mengalami penggenangan, tanah sawah memiliki lapisan reduksi yang tidak
mengandung oksigen dan pH tanah sawah biasanya mendekati netral.Untuk
mendapatkan tanah sawah yang memenuhi syarat diperlukan pengolahan tanah yang
khusus.
Ketinggian Tempat
Ketinggian Tempat
Padi (Oryza sativa) merupakan
tanaman semusim yang sangat bermanfaat diIndonesia karena menjadi bahan makanan
pokok.Tanaman ini dapat tumbuh pada daerah mulai dari daratan rendah sampai
daratan tinggi.Bila didataran tinggi kita mengenal padi gogo,maka didataran
rendah kita mengenalnya dengan padi sawah.Umumnya padi dapat dibudidayakan
sampai pada ketinggian 1.200 m dpl.
PEDOMAN BUDIDAYA
Pembibitan
PEDOMAN BUDIDAYA
Pembibitan
Gambar 1. Benih tanaman padi
Persyaratan Benih
Syarat benih yang baik:
a) Tidak mengandung gabah hampa,
potongan jerami, kerikil, tanah dan hama gudang.
b) Warna gabah sesuai aslinya dan
cerah.
c) Bentuk gabah tidak berubah dan
sesuai aslinya.
d) Daya perkecambahan 80%.
Penyiapan Benih
Benih dimasukkan ke dalam karung
goni dan direndam 1 malam di dalam air mengalir supaya perkecambahan benih
bersamaan.
Teknik Penyemaian Benih
Untuk satu hektar padi sawah
diperlukan 25-40 kg benih tergantung pada jenis padinya. Lahan persemaian
dipersiapkan 50 hari sebelum semai. Luas persemaian kira-kira 1/20 dari areal
sawah yang akan ditanami. Lahan persemaian dibajak dan digaru kemudian dibuat
bedengan sepanjang 500-600 cm, lebar 120 cm dan tinggi 20 cm. Sebelum
penyemaian, taburi pupuk urea dan SP-36 masing-masing 10 gram/meter persegi.
Benih disemai dengan kerapatan 75 gram/meter persegi.
Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Persemaian diairi dengan berangsur
sampai setinggi 5 cm. Semprotkan pestisida pada hari ke 7 dan taburi pupuk urea
10 gram/meter persegi pada hari ke 10.
Pemindahan benih
Bibit yang siap dipindahtanamkan ke
sawah berumur 25-40 hari, berdaun 5-7
helai, batang bawah besar dan kuat,
pertumbuhan seragam, tidak terserang
hama dan penyakit.
Pengolahan Media Tanam
Pengolahan Media Tanam
Gambar 2. Pembajakan Sawah
a) Bersihkan saluran air dan sawah
dari jerami dan rumput liar.
b) Perbaiki pematang serta cangkul
sudut petak sawah yang sukar dikerjakan dengan bajak.
c) Bajak sawah untuk membalik tanah
dan memasukkan bahan organik yang ada di permukaan. Pembajakan pertama
dilakukan pada awal musim
tanam dan dibiarkan 2-3 hari setelah
itu dilakukan pembajakan ke dua yang disusul oleh pembajakan ketiga 3-5 hari
menjelang tanam.
d) Ratakan permukaan tanah sawah,
dan hancurkan gumpalan tanah engan cara menggaru.
e) Penggenangan lahan yang akan
digunakan untuk budidaya memilki fungsi selain untuk membasahi lahan,juga untuk
mengetahui apakah permukaan tanah sudah rata atau belum rata.
f) Lereng yang curam dibuat teras
memanjang dengan petak-petak yang dibatasi oleh pematang agar permukaan tanah
merata.
Teknik Penanaman
Teknik Penanaman
Pola Tanam
Pada areal beririgasi, lahan dapat
ditanami padi 3 x setahun, tetapi pada sawah tadah hujan harus dilakukan
pergiliran tanaman dengan palawija.Pergiliran tanaman ini juga dilakukan pada
lahan beririgasi, biasanya setelah satu tahun menanam padi. Untuk meningkatkan
produktivitas lahan,seringkali dilakukan tumpang sari dengan tanaman semusim
lainnya,misalnya padi gogo dengan jagung atau padi gogo di antara ubi kayu dan
kacang tanah.Pada pertanaman padi
sawah, tanaman tumpang sari ditanam di pematang sawah, biasanya berupa
kacangkacangan.
Penanaman Padi
Bibit ditanam dalam larikan dengan
jarak tanam 20 x 20 cm, 25 x 25 cm, 22 x 22 cm atau 30 x 20 cm tergantung pada
varitas padi, kesuburan tanah dan musim. Padi dengan jumlah anakan yang banyak
memerlukan jarak tanam yang lebih lebar. Pada tanah subur jarak tanam lebih
lebar. Jarak tanam di daerah pegunungan lebih rapat karena bibit tumbuh lebih
lambat. 2-3 batang bibit ditanam pada kedalaman 3-4 cm.
Pemeliharaan Tanaman
Penjarangan dan Penyulaman Padi
Pemeliharaan Tanaman
Penjarangan dan Penyulaman Padi
Penyulaman tanaman yang mati
dilakukan paling lama 14 hari setelah tanam. Bibit sulaman harus dari jenis
yang sama yang merupakan bibit cadangan pada persemaian bibit.Hal ini dilakukan
untuk menjaga kebersihan lahan dan menghindari timbulnya penyakit pada tanaman
padi.
Penyiangan Padi
Penyiangan Padi
Penyiangan dilakukan dengan mencabut
rumput-rumput yang dikerjakan sekaligus dengan menggemburkan tanah. Penyiangan
dilakukan dua kali yaitu pada saat berumur 3 dan 6 minggu dengan menggunakan
landak (alat penyiang mekanis yang berfungsi dengan cara didorong) atau cangkul
kecil.Hal ini bertujuan untuk menghindari tanaman pengganggu yang dapat
menyebabkan kompetisi dengan tanaman utama(padi) terhadap unsur hara,air,cahaya
dll.
Pengairan Padi
Pengairan Padi
Gambar 3.Irigasi
Syarat penggunaan air di sawah:
a) Air dengan aliran air tidak deras
dan bila mengandung lumpur dan kotoran ,maka hal ini juga dapat menguntungkan
karena biasanya air yang berlumpur banyak mengandung unsur hara.
b) Air harus bisa menggenangi sawah
dengan merata,maka dari itu air dibutuhkan dalam jumlah yang banyak.
c) Lubang pemasukkan dan pembuangan
air letaknya berseberangan agar air merata di seluruh lahan.
d) Air tidak tercemar bahan kimia
berbahaya dan juga sampah-sampah rumah tangga terutama plastik.
e) Genangan air harus pada ketinggian
yang telah ditentukan.Setelah tanam, sawah dikeringkan 2-3 hari kemudian diairi
kembali sedikit demi sedikit. Sejak padi berumur 8 hari genangan air mencapai 5
cm.
Pada waktu padi berumur 8-45 hari
kedalaman air ditingkatkan menjadi 10 sampai dengan 20 cm. Pada waktu padi
mulai berbulir, penggenangan sudah mencapai 20-25 cm, pada waktu padi menguning
ketinggian air dikurangi sedikit-demi sedikit.
Pemupukan Padi
Pemupukan Padi
Gambar 4.Pemupukan Tanaman Padi
Pupuk Hayati MiG-6 Plus sebanyak 6
liter/ha per musim dengan aplikasi 2 liter diberikan 3 hari sebelum tanam
dengan cara disemprot secara merata pada lahan yang airnya macak-macak kemudian
aplikasi selanjutnya pada saat umur padi 30 hari dan pada saat keluar malai
masing-masing 2 liter / ha. Pupuk anorganik yang dianjurkan Urea=200 kg/ha,
TSP=50-75 kg/ha dan KCl=100 kg/ha. Pupuk Urea diberikan 2 kali, yaitu pada 3-4
minggu, 6-8 minggu setelah tanam. Urea disebarkan dan diinjak agar terbenam.
Pupuk TSP diberikan satu hari sebelum tanam dengan cara disebarkan dan
dibenamkan. Pupuk KCl diberikan 2
kali yaitu pada saat tanam dan saat menjelang keluar malai.
Peranan N,P dan K pada Padi
Peranan N,P dan K pada Padi
Ketiga unsur ini mempunyai peran
yang sangat penting terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman, dimana ketiga
unsur ini saling berinteraksi satu sama lain dalam menunjang pertumbuhan
tanaman, unsur nitrogen dapat diperoleh dari pupuk Urea dan ZA. unsur P dari
pupuk TSP/SP-36, sedangkan K dalam KCI dan ZK.
Peranan Nitrogen
Unsur N adalah merupakan unsur yang
cepat kelihatan pengaruhnya terhadap tanaman. Peran utama unsur ini adalah :
Merangsang pertumbuhan vegetatif
(batang dan daun).
Meningkatkan jumlah anakan
Meningkatkan jumlah bulir/ rumpun
Meningkatkan jumlah anakan
Meningkatkan jumlah bulir/ rumpun
Kurang unsur N menyebabkan:
Pertumbuhannya kerdil
Daun tampak kekuning-kuningan
Sistem perakaran terbatas
Daun tampak kekuning-kuningan
Sistem perakaran terbatas
Kelebihan unsur N menyebabkan
tanaman:
Pertumbuhan vegetatif memanjang
(lambat panen)
Mudah rebah
Menurunkan kualitas bulir.
Respon terhadap serangan hama/ penyakit.
Mudah rebah
Menurunkan kualitas bulir.
Respon terhadap serangan hama/ penyakit.
Peranan Posfor
Secara detail fungsi posfor dalam
pertumbuhan tanaman sukar di utarakan, namun demikian fungsi-fungsi utama
posfor dalam pertumbuhan tanaman adalah sebagai berikut :
Memacu terbentuknya bunga, bulir
pada malai
Menurunkan aborsitas
Perkembangan akar halus dan akar rambut
Memperkuat jerami sehingga tidak mudah rebah
Memperbaiki kualitas gabah
Menurunkan aborsitas
Perkembangan akar halus dan akar rambut
Memperkuat jerami sehingga tidak mudah rebah
Memperbaiki kualitas gabah
Kekurangan posfor menyebabkan
tanaman
Pertumbuhan kerdil
Jumlah anakan sedikit w
Daun meruncing berwarna hijau gelap
Jumlah anakan sedikit w
Daun meruncing berwarna hijau gelap
Peranan Kalium
Kalium merupakan satu-satunya kation
monovalen yang esensial bagi tanaman.Peranan utama kalium dalam tanaman ialah
sebagai aktivator berbagai enzim.Dengan adanya kalium yang tersedia dalam tanah
menyebabkan:
Ketegaran tanaman terjamin
Merangsang pertumbuhan akar
Tanaman lebih tahan terhadap hama dan penyakit
Memperbaiki kualitas bulir
Dapat mengurangi pengaruh kematangan yang dipercepat oleh posfor
Mampu mengatasi kekurangan air pada tingkat tertentu
Merangsang pertumbuhan akar
Tanaman lebih tahan terhadap hama dan penyakit
Memperbaiki kualitas bulir
Dapat mengurangi pengaruh kematangan yang dipercepat oleh posfor
Mampu mengatasi kekurangan air pada tingkat tertentu
Kekurangan Kalium menyebabkan :
Pertumbuhan kerdil
Daun kelihatan kering dan terbakar pada sisi-sisinya.
Menghambat pembentukan hidrat arang pada biji.
Permukaan daun memperlihatkan gejala klorotik yang tidak merata
Munculnya bercak coklat mirip gejala penyakit pada bagian yang berwarna hijau gelap.
Daun kelihatan kering dan terbakar pada sisi-sisinya.
Menghambat pembentukan hidrat arang pada biji.
Permukaan daun memperlihatkan gejala klorotik yang tidak merata
Munculnya bercak coklat mirip gejala penyakit pada bagian yang berwarna hijau gelap.
Kelebihan kalium dapat menyebabkan
daun cepat menua sebagai akibat kadar magnesium daun dapat menurun,
kadang-kadang menjadi tingkat terendah sehingga aktifitas fotosintesa
terganggu.
Pentingnya Pemupukan Secara Berimbang
Pentingnya Pemupukan Secara Berimbang
Pemupukan secara berimbang utamanya
keseimbangan antara Urea, SP – 36/TSP dan KCI yang harus diberikan tergantung
pada keadaan tanah. Unsur utama yang terkandung dalam pupuk ini bila digunakan
secara tepat tidak saja mengendalikan, mengimbangi, mendukung dan saling
mengisi satu, sama lain diantara ketiga. jenis pupuk ini, akan tetapi juga
dengan unsur-unsur lainnya. Hal ini sangat penting karena ada keterkaitan
ekonomi dan efektivitan pemupukan.Pupuk yang diberikan merupakan tambahan bagi
unsur yang sudah ada dalam tanah, sehingga jumlah nitrogen, posfor dan kalium
yang tersedia bagi tanaman berada dalam perbandingan yang tepat.
Pada waktu bersamaan ketersediaan
unsur penting (esensial) lainnya juga harus dalam keadaan optimal. Sebagai
contoh apabila pemupukan padi hanya dipupuk dengan urea saja, kelihatannya
sangat cepat dan rimbun akan tetapi sangat lemah sehingga mudah rebate dan
tidak tahan, terhadap serangan hama dan penyakit. Demikian pula sebaliknya
apabila hanya dipupuk TSP/SP-36 atau KCI saja pupuk ini tidak akan berpengaruh
optimal terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Pada prinsipnya keseimbangan
hara atau kesuburan secara menyeluruh harus sedemikian rupa sehingga dapat
meningkatkan pertumbuhan tanaman yang lebat dan normal.
Waktu Pemberian Pupuk N, P dan K
Waktu Pemberian Pupuk N, P dan K
Waktu pemberian pupuk disesuaikan
dengan tingkat pertumbuhan tanaman dan jenis pupuk yang akan menjamin untuk
optimalnya penyerapan unsur pupuk
tersebut oleh tanaman. Pemberian
pupuk TSP / SP-36 umumnya diberikan bersamaan tanam, sedangkan Urea diberikan
dua kali yaitu ½ dosis saat tanam(satu minggu setelah tanam) ½ dosis 35 hari
setelah tanam (saat tanaman aktif). Pemberian pupuk KCL, pads prinsipnya
pemberian lebih sedikit tetapi lebih sering, itu lebih baik, dibandingkan
dengan pemberian dalam jumlah banyak tapi diberikan sekaligus.
Untuk menjamin efektifnya penyerapan
unsur hara dari pupuk KCL, maka pemberiannya disesuaikan dengan tingkat
pertumbuhan tanaman padi yaitu 1/3 dosis 1 minggu setelah tanam, 1/3 dosis 35
hari setelah tanam (saat anakan aktif) dan 1/3 dosis 55 hari setelah tanam saat
primordia).
Cara Aplikasi Pupuk
Cara Aplikasi Pupuk
Pemupukan dilakukan secara manual
dengan sebar atau hambur merata pada areal tanaman.Untuk aplikasi pupuk urea
dan KCL pada waktu yang bersamaan dapat dicampur secara merata sebelum
diaplikasikan dan setelah dicampur harus segera ditabur, tidak boleh disimpan
terlalu lama karena dikhawatirkan dapat terkontaminasi senyawa lain yang tidak
diinginkan.
Selain ditebarkan atau
dihamburkan,bisa juga dengan penyemprotan.Namun bila disemprotkan,petani harus
mengganti dengan pupuk cair dan penyediaan alat semprot yang tentunya menambah
lagi ongkos produksi.
Penyemprotan Pestisida
Penyemprotan Pestisida
Gambar 5.Penyemprotan Pestisida
Penyemprotan pestisida dilakukan 1-2
minggu sekali tergantung dari intensitas serangan.Semakin banyak intensitas
serangan hama maupun penyakit,semakin intens juga pengaplikasian pestisidanya.Pestisida
sangat beragam,namun yang dianjurkan adalah pestisida yang ramah lingkungan dan
memperhatikan aspek ekologi.
Untuk pestisida pada tanaman
padi,terutama yang ditargetkan pada musuh utama padi yakni wereng coklat,akan
dibahas pada sub bab Pengendalian Hama Terpadu Wereng Coklat.
HAMA DAN PENYAKIT
Hama
HAMA DAN PENYAKIT
Hama
Gambar 6.Hama Wereng
Wereng coklat(Nilaparvata lugens
Stal) tergolong dalam ordo Homoptera famili Delphacidae. Seluruh tubuhnya
berwarna coklat kekuningan sampai coklat tua, berbintik coklat gelap pada
pertemuan sayap depannya. Panjang badan serangga jantan rata-rata 2-3 mm dan
serangga betina 3-4 mm. Inang utama wereng coklat adalah tanaman padi.Telur
wereng coklat berwarna putih, berbentuk seperti buah pisang, berukuran 1,30 mm
x 0,33 mm dan biasanya diletakkan berkelompok di dalam jaringan pelepahdaun
tanaman padi. Namun telur wereng coklat kadang-kadang dapat ditemukan pada
helai daun. Telur menetas setelah 7-10 hari.Wereng coklat yang baru menetas
sebelum menjadi dewasa melewati 5 tahap pertumbuhan nimfa (instar) yang
dibedakan menurut ukuran tubuh dan bentuk bakal sayapnya. Serangga muda itu
disebut nimfa.
Periode nimfa berkisar antara 12-15
hari. Hal penting yang perlu diperhatikan yaitu periode telur lebih dari
separuh periode nimfa. Oleh karena telur wereng coklat diletakkan dalam
jaringan pelepah daun, maka telur tidak dipengaruhi oleh aplikasi insektisida.
Menurut ukuran sayapnya wereng
coklat dewasa terdiri dari dua bentuk, yaitu bentuk bersayap panjang
(makroptera) dan bentuk bersayap pendek (Brakhiptera). Pemunculan kedua bentuk
tersebut antara lain dipengaruhi oleh kepadatan populasi.
Bentuk makroptera dapat terbang
sehingga merupakan bagian populasi yang berfungsi untuk menemukan tempat hidup
baru. Perpindahan wereng coklat jarak jauh dapat terjadi dengan bantuan angin.
Beberapa hari setelah kawin wereng
coklat betina mulai bertelur, puluhan butir telur sehari. Selama hidupnya,
seekor wereng coklat betina di Laboratorium dapat menghasilkan telur sampai
1000 butir. Tetapi karena adanya pengaruh lingkungan, kemampuan bertelur di
lapangan hanya mencapai 100-600 butir. Lama hidup makroptera migran kurang dari
5 hari dan masa hidup Brakhiptera betina berkisar antara 5-9 hari. Di daerah
tropis, satu generasi wereng coklat berlangsung sekitar satu bulan.
Dinamika Populasi
Dinamika Populasi
Populasi wereng coklat yang
berkembang di sawah dimulai oleh wereng coklat migran pada awal fase
pembentukan anakan padi. Setelah menetap, wereng coklat berkembangbiak secara
eksponential untuk satu atau dua generasi pada tanaman padi vase vegetatif,
tergantung pada saat imigrasinya. Apabila imigrasi terjadi pada umur 2 atau 3
minggu setelah tanam, maka wereng coklat dapat berkembang biak
sebanyak dua generasi. Puncak
populasi nimfa generasi pertama (G1) dan kedua (G2) berturut-turut muncul pada
umur 5-6 minggu setelah tanam dan 10-11 minggu setelah tanam. Apabila imigrasi
terjadi setelah tanaman berumur 5-6 minggu setelah tanam, puncak generasi nimfa
hanya dijumpai satu kali, yaitu pada umur 9-10 minggu setelah tanam. Pada
keadaan lain kepadatan populasi tertinggi terjadi pada fase pembungaan tanaman
padi yaitu pada umur 9-11 minggu setelah tanam.Apabila kepadatan populasi
mencapai 300-500 ekor per rumpun, tanaman akan segera mati kering (hopperburn).
Kecenderungan umum dinamika populasi wereng coklat selama satu musim tanam
Wereng coklat dewasa yang muncul pada saat tanaman berumur 7 minggu setelah
tanam umumnya berbentuk brakhiptera.
Pada tanaman fase generatif wereng coklat yang muncul umumnya berbentuk
makroptera yang kemudian pindah dari pertanaman tersebut. Akibatnya populasi
wereng coklat pada tiap rumpun berkurang dengan cepat selama fase pemasakan
tanaman padi.
Musuh Alami
Musuh Alami
Di daerah tropis, peranan musuh
alami dalam mengendalikan populasi wereng coklat sangat besar. Diantaranya
musuh alami tes adalah predator Lycosa sp yang setiap hari mampu memangsa 10-20
ekor wereng coklat dewasa atau 15-20 nimfa
sehingga dianggap sebagai predator
utama wereng coklat. Mikrovelia dauglasi yang banyak terdapat pada permukaan
air sawah, memangsa nimfa yang jatuh dari tanaman. Kepik Cyrtorhinus
lividipennis merupakan predator utama yang memangsa telur dan nimfa. Selain itu
terdapat beberapa parasit yaitu
antara lain kelompok Mymaridae
,Trichogrammatidae ,Dryinidae , dan Elenchidae.
Kerusakan
Kerusakan
Serangga dewasa dan nimfa biasanya
menetap di bagian pangkal tanaman padi dan mengisap pelepah daun. Wereng coklat
menusukkan stiletnya ke dalam ikata pembuluh vaskuler tanaman inang dan
mengisap cairan tanaman dari jaringan floem. Nimfa instar ke empat dan kelima
menghisap cairan tanaman lebih banyak daripada instar pertama, kedua dan
ketiga. Wereng coklat betina mengisap cairan lebih banyak daripada yang jantan.
Kerusakan khas akibat isapan wereng coklat adalah kering bagaikan terbakar yang
dikenal dengan Hopperburn. Gejala awal yang timbul adalah menguningnya helaian
daun yang paling tua dan makin banyaknya jamur jelaga karena banyaknya embun
madu yang dikeluarkan wereng coklat.Perubahan warna berlangsung terus meliputi
semua bagian tanaman, dan akhirnya
seluruh tanaman mengering berwarna
coklat.Hopperburn biasanya terjadi pada fase setelah pembentukan malai.
Kehilangan hasil akibat serangan wereng coklat berkisar antara 10-90 persen,
tergantung pada tingkat kerusakan tanaman yang terserang.
Penyakit yang ditularkan oleh Wereng Coklat
Penyakit yang ditularkan oleh Wereng Coklat
Wereng coklat dapat menularkan dua
macam penyakit virus padi, yaitu Penyakit Kerdil Rumput (Grassy Stunt) dan
Kerdil Hampa (Ragged Stunt). Penyakit virus ini terutama penyakit kerdil
rumput, biasanya terjadi secara epidemik setelah eksploitasi wereng
coklat.Tanaman padi yang terserang penyakit kerdil rumput pertumbuhannya sangat
terhambat, sehingga menjadi kerdil dan mempunyai anakan banyak. Daunnya menjadi
sempit, pendek, berwarna kuning pucak dan berbintik-bintik coklat tua.Serangan
virus kerdil hampa menyababkan tanaman menjadi agak kerdil, daun hijau tua,
terpilin, pendek, kaku, sobek-sobek, berpuru, anakan bercabang dan malainya
tidak muncul serta hampa.Kedual penyakit virus diatas bersifat persisten.
Penularan melalui telur (transovarial) atau keturunan wereng coklat tidak
terjadi. Hubungan antara vektor (wereng coklat)
dan virus.
Pengendalian Hama Terpadu Wereng Coklat
Pengendalian Hama Terpadu Wereng Coklat
Khusus dalam pengendalian hama
wereng coklat dan penyakit-penyakit virus yang ditularkan, akan dilaksanakan
empat cara pengendalian utama yaitu pengaturan pola tanam, penanaman varietas
unggul tahan wereng (VUTW), eradikasi
dan sanitasi, dan penggunaan
Insektisida secara bijaksana. Keempat cara terdapat harus dipadukan dalam suatu
kesatuan program yang dilaksanakan secara mantap, menyeluruh dan
berkesinambungan. Untuk melaksanakan sistem pengendalian terpadu tersebut,
diperlukan berbagai langkah-langkah terkoordinasi antara berbagai instansi yang
bersangkutan.
Pengaturan Pola Tanam
Pengaturan Pola Tanam
Cara-cara pengaturan pola tanam yang
dapat diterapkan dalam pengendalian hama
wereng coklat dan penyakit virus
yang ditularkannya adalah tanam serentak,
pergiliran tanaman, dan pergiliran
varietas tahan.
Tanam Serempak
Dengan tanam serentak diharapkan
tidak terjadi tumpang tindih generasi hama
sehingga populasi wereng coklat
tidak mempunyai kemampuan untuk
berkembangbiak, terus menerus,
memudahkan pengamatan dan apabila diperlukan
memudahkan penentuan saat aplikasi
insektisida dan lebih menjamin efektivitas
aplikasi insektisida. Dengan
demikian aplikasi insektisida tidak perlu diulang-ulang.
Tanam serentak dapat membantu
memutuskan tersedianya makanan hama karena
adanya periode tidak ada tanaman
(Bera) pada saat pengolahan tanah diantaranya
dia periode tanam, sehingga populasi
wereng coklat dapat ditekan.
Tanam serentak hendaknya dilakukan
pada areal yang cukup luas sekurangkurangnya
meliputi satu petak tersier atau
wilkel dengan selisih waktu tanam paling lama dua minggu dan selisih waktu
panen paling lama empat minggu. Untuk itu
varietas padi yang ditanam harus
yang berumur relatif sama.
Cara ini perlu ditunjang dengan
ketersediaan tenaga kerja yang cukup pada saat
pengolahan tanah dan panen,
pengaturan air yang ketat dan dipatuhi oleh petani,
serta pengaturan kebijaksanaan harga
pada saat panen serentak.
Pergiliran Tanaman
Hama wereng coklat tidak mempunyai
inang lain selain padi. Penanaman monokultur
padi secara terus menerus
menyebabkan tersedianya tanaman inang sepanjang
tahun yang memungkinkan
berkembangnya populasi wereng coklat. Oleh karena itu,
usaha untuk memutus ketersediaan
makanan mutlak diperlukan. Usaha tersebut
antara lain dengan cara menerapkan
pergiliran tanaman, yaitu sekurang-kurangnya
satu kali menanam non padi atau
dibiarkan bera selama satu sampai dua bulan
setiap tahun.
Pergiliran Varietas Tahan
Bagi daerah-daearah berpola tanam
padi sepanjang tahun karena berbagai alasan
seperti drainase, sosial ekonomi,
dan lain-lain, hendaknya dilakukan pergiliran
varietas tahan untuk menekan dan
menghambat perkembangan biotipe baru.
Varietas yang digilir harus dari
kelompok varietas yang memiliki gen tahan (tetua
tahan)
Cara ini perlu ditunjang dengan
pengelolaan penyediaan benih yang terprogram
denga baik untuk menjamin ketepatan
jenis, mutu, jumlah, waktu, tempat dan
harga, oleh karena itu,
perusahaan-perusahaan benih, penangkar-penangkar benih
dan ikatan penangkar benih harus
benar-benar memahami akan pentingnya
penyediaan benih dalam usaha
pengendalian hama terpadu wereng coklat.
Penanaman Varietas Unggul Tahan Wereng (VUTW)
Penanaman Varietas Unggul Tahan Wereng (VUTW)
Di daerah tropis, penanaman varietas
tahan mempunyai peranan yang penting
dalam pengendalian hama wereng
coklat. Namun demikian, pengendalian wereng
dengan mengandalkan pada penanaman
varietas tahan masih mengandung resiko,
karena ketahanan genetik varietas
tahan dapat dipatahkan oleh adanya
perkembangan biotipe wereng coklat.
Oleh karena itu wereng coklat memiliki potensi reproduksi yang tinggi, siklus
hidup yang pendek dan sifat monophagus, maka akan
mendorong terjadinya biotipe yang
lebih ganas (biotipe virulen) terhadap varietas
tahan monogenik yang ditanam secara
monokultur terus menerus. Dengan
demikian, berarti daya tahan
varietas tergantung sepenuhnya pada perkembangan
biotipe virulen.
Di Indonesia penanaman varietas
tahan dilakukan secara meluas guna
menanggulangi masalah wereng coklat.
Varietas tahan dapat digunakan tanpa
penambahan masukan oleh petani,
serta dapat digabungkan dengan cara
pengendalian biologi misalnya
pemanfaatan musuh-musuh alami (predator dan
parasitoid). Agar penggunaan
varietas tahan dapat tahan lama dan efektif
penggunaannya perlu diintegrasikan
dengan komponen pengendalian yang lain,
seperti pengaturan pola tanam,
pergiliran varietas, sistem pengamatan yang intensif
dan penggunaan insektisida secara
intensif.
Beberapa pendekatan praktis di
lapangan yang disarankan agar penggunaan varietas
tahan dipertahankan selama mungkin
adalah mencegah penanaman varietas tahan
monogenik secara monokultur terus
menerus, menganjurkan pergiliran varietas
thana, dan menanam varietas-varietas
yang telah menunjukkan ketahanan cukup
lama di lapang (misalnya PB36).
Pemilihan suatu varietas tahan yang
dianjurkan tergantung terutama pada biotipe
wereng coklat yang menyerang,
potensi produksi, mutu dan selera setempat
terhadap varietas yang dipilih,
dengan tetap memperhatikan saran tersebut diatas.
Varietas-varietas yang dicantumkan
di dalam tabel tersebut baru sebagian saja dari
varietas padi yang tersedia. Apabila
di suatu daerah tersedia varietas lain yang
terbukti tahan terhadap wereng
coklat biotipe setempat, maka varietas tersebut
dapat digunakan untuk melengkapi
rekomendasi.
Eradikasi dan Sanitasi
Eradikasi dan Sanitasi
Eradikasi dan sanitasi dilakukan
dengan tujuan menghilangkan sumber serangan.Pada daerah serangan wereng coklat
yang bukan merupakan daerah serangan virus kerdil rumput dan kerdil hampa,
eradikasi dan atau sanitasi dilakukan pada tanaman padi yang puso (intensitas
serangannya > = 85%). Pada daerah serangan berat,eradikasi hendaknya diikuti
dengan pemberaan lahan selama satu sampai dua bulan atau penanaman tanaman non
padi.Pada daerah serangan hama wereng coklat yang juga merupakan daerah
serangan virus maka eradikasi dan sanitasi dilakukan pada tanaman terserang
sebagai berikut:
a) sanitasi atau eradikasi selektif
terhadap pertanaman padi pada stadia vegetatif yang terserang virus dengan
intensitas <50% atau terhadap pertanaman padi pada stadia generatif yang
terserang virus dengan intensitas =50% atau terhadap pertanaman padi stadia
generatif yang terserang virus dengan intensitas >=85%
Penggunaan Insektisida
Penggunaan Insektisida
Pengendalian dengan insektisida
dilakukan apabila cara pengendalian lain kurang efektif sehingga populasi hama
verada diatas ambang ekonomi.Pemilihan jenis dan cara aplikasi insektisida
hendaknya diusahakan sedemikian rupa sehingga usaha pengendalian menjadi
efektif, efisien dan aman bagi lingkungan, khususnya terhadap predator hama
wereng coklat. Hendaknya dihindarkan pemilihan insektisida yang menimbulkan
resurgensi.
Insektisida tidak perlu digunakan
pada varietas tahan kecuali kalau ketahanannya patah. Penggunaan pestisida pada
varietas rentan hendaknya disesuaikan dengan hasil pengamatan. Aplikasi
insektisida seyogyanya dilakukan pada saat populasi wereng coklat dalam stadium
nimfa. Hendaknya dihindari aplikasi pestisida pada stadium telur karena
telur-telur yang diletakkan pada jaringan tanaman tidak dapat terjangkau oleh
insektisida sehingga tetap hidup dan dalam keadaan tekanan musuh alami yang
rendah, populasi wereng coklat akan cepat meningkat kembali.Karena wereng
coklat tinggal pada bagian pangkal tanaman padi, maka aplikasi insektisida
dengan cara penyemprotan harus diarahkan pada bagian pangkal tanaman padi.Jenis
insektisida yang dianjurkan dalam pengendalian wereng coklat adalah Applaud 10
WP serta insektisida yang berbahan aktif MIPC (seperti Mipcin 50 WP) dan BPMC
(Hopcin 50 EC, Bassa 50 EC, Baycarb 500 EC, Dharmabas 50 EC dan Kiltop 50 EC)
Applaud 10 WP adalah insektisida yang dapat mengganggu dan menghambat
pertumbuhan hama wereng coklat sehingga gagal dalam proses ganti kulit dan mati
3-7 hari kemudian.
Telur wereng coklat bila terkena
langsung insektisida ini tidak dapat menetas,sedang betina bunting yang terkena
langsung akan menghasilkan telur yang juga
tidak menetas.Sebaliknya insektisida
ini tidak mematikan musuh alami (predator) wereng coklat dan memiliki efek
residu yang relatif lama (20-30 hari).Insektisida-insektisida lain yang
tersebut diatas adalah dari golongan senyawa Carbamat yang efektif untuk
mengendalikan serangga dewasa dan nimfa wereng coklat dan memiliki efek residu
kurang lebih 14 hari.Aplikasi insektisida harus diusahakan pada waktu, cara dan
dosis yang tepat.Apabila dijumpai populasi wereng coklat di persemaian atau
pertanaman muda dengan populasi yang tinggi melebihi kebiasaan terutama di
daerah pertanaman varietas rentan, maka dapat diramalkan akan terjadi
peningkatan serangan werengcoklat bahkan dapat terjadi eksplosi. Keadaan
tersebut bila meliputi areal yang luas dan hasil pengamatan menunjukkan perlu
tindakan pengendalian maka perlu tindakan pengendalian secara serentak meliputi
seluruh areal tersebut sebelum nimfa generasi pertama mencapai puncak
populasinya. Pada keadaan tersebut insektisida yang sesuai digunakan adalah
Applaud 10 WP yang mempunyai efek mematikan telur dan nimfa, residu yang lama
dan tidak menimbulkan resurgensi.
Pengendalian wereng coklat
menggunakan insektisida pada akhir stadium pembungaan, cukup dilakukan oleh
petani secara perorangan. Pada saat itu, insektisida yang sesuai digunakan
adalah yang dapat mematikan wereng coklat dengan cepat, yaitu insektisida
carbamat seperti tersebut diatas. Dalam keadaan ini, wereng coklat tidak
mempunyai kemungkinan timbul resurgensi karena tanaman padi telah memasuki
stadium pemasakan.
Penyakit
Gambar 7.Penyakit Pada Padi
a) Bercak daun coklat
a) Bercak daun coklat
Penyebab: jamur Helmintosporium
oryzae).
Gejala: menyerang pelepah, malai,
buah yang baru tumbuh dan bibit yang baru berkecambah. Biji berbercak-bercak
coklat tetapi tetap berisi, padi dewasa busuk kering, biji kecambah busuk dan
kecambah mati.
Pengendalian: (1) merendam benih di
dalam air panas, pemupukan berimbang, menanam padi tahan penyakit ini,
menaburkan serbuk air raksa dan bubuk kapur (2:15); (2) dengan insektisida
Rabcide 50 WP.
b) Blast
b) Blast
Penyebab: jamur Pyricularia oryzae.
Gejala: menyerang daun, buku pada
malai dan ujung tangkai malai. Serangan menyebabakn daun, gelang buku, tangkai
malai dan cabang di dekat pangkal malai membusuk. Proses pemasakan makanan terhambat
dan butiran padi menjadi hampa. Pengendalian: (1) membakar sisa jerami,
menggenangi sawah, menanam varitas unggul Sentani, Cimandirim IR 48, IR 36,
pemberian pupuk N di saaat pertengahan fase vegetative dan fase pembentukan
bulir; (2) menyemprotkan insektisida Fujiwan 400 EC, Fongorene 50 WP, Kasumin
20 AS atau Rabcide 50 WP.
c) Penyakit garis coklat daun
c) Penyakit garis coklat daun
Penyebab: jamur Cercospora oryzae.
Gejala: menyerang daun dan
pelepah.Tampak gari-garis atau bercak-bercak sempit memanjang berwarna coklat
sepanjang 2-10 mm. Proses pembungaan dan pengisian biji terhambat.
Pengendalian: (1) menanam padi tahan
penyakit ini seperti Citarum, mencelupkan benih ke dalam larutan merkuri; (2)
menyemprotkan fungisida Benlate T 20/20 WP atau Delsene MX 200.
d) Busuk pelepah daun
d) Busuk pelepah daun
Penyebab: jamur Rhizoctonia sp.
Gejala: menyerang daun dan pelepah
daun, gejala terlihat pada tanaman yang telah membentuk anakan dan menyebabkan
jumlah dan mutu gabah menurun. Penyakit ini tidak terlalu merugikan secara
ekonomi.
Pengendalian: (1) menanam padi tahan
penyakit ini; (2) menyemprotkan fungisida pada saat pembentukan anakan seperti
Monceren 25 WP dan Validacin 3 AS.
e) Penyakit fusarium
e) Penyakit fusarium
Penyebab: jamur Fusarium
moniliforme.
Gejala: menyerang malai dan biji
muda, malai dan biji menjadi kecoklatan hingga coklat ulat, daun terkulai, akar
membusuk, tanaman padi. Kerusakan yang diderita tidak terlalu parah.
Pengendalian: merenggangkan jarak
tanam, mencelupkan benih pada larutan
merkuri.
Gulma
Gulma
Gulma yang tumbuh di antara tanaman
padi adalah rumput-rumputan seperti umput teki (Cytorus rotundus) dan gulma
berdaun lebar. Pengendalian dengan cara mekanis (mencabut, menyiangi), jarak
tanam yang tepat dan penyemprotan herbisida Basagran 50 ML, Difenex 7G, DMA 6
dll.
PANEN
Gambar 8.Panen Padi
Ciri dan Umur Panen
Ciri dan Umur Panen
Padi siap panen: 95 % butir sudah
menguning (33-36 hari setelah berbunga), bagian bawah malai masih terdapat
sedikit gabah hijau, kadar air gabah 21-26 %, butir hijau rendah.
Cara Panen
Cara Panen
Keringkan sawah 7-10 hari sebelum
panen, gunakan sabit tajam untuk memotong pangkal batang, simpan hasil panen di
suatu wadah atau tempat yang dialasi. Panen dengan menggunakan mesin akan
menghemat waktu, dengan alat Reaper binder, panen dapat dilakukan selama 15 jam
untuk setiap hektar sedangkan dengan Reaper harvester panen hanya dilakukan
selama 6 jam untuk 1 hektar.
Perkiraan Produksi
Perkiraan Produksi
Dengan penanaman dan pemeliharaan
yang intensif, diharapkan produksi mencapai 8-9 ton/ha. Saat ini hasil yang
didapat hanya 5-6 ton/ha.
PASCAPANEN
PASCAPANEN
a) Perontokan. Lakukan secepatnya
setelah panen, gunakan cara diinjak-injak (±60 jam orang untuk 1 hektar),
dihempas/dibanting (± 16 jam orang untuk 1 hektar) dilakukan dua kali di dua
tempat terpisah. Dengan menggunakan mesin perontok, waktu dapat dihemat.
Perontokan dengan perontok pedal mekanis hanya memerlukan 7,8 jam orang
untuk 1 hektar hasil panen.
b) Pembersihan. Bersihkan gabah
dengan cara diayak/ditapi atau dengan blower manual. Kadar kotoran tidak boleh
lebih dari 3 %.
c) Jemur gabah selama 3-4 hari
selama 3 jam per hari sampai kadar airnya 14 %. Secara tradisional padi dijemur
di halaman. Jika menggunakan mesin pengering, kebersihan gabah lebih terjamin
daripada dijemur di halaman.
d) Penyimpanan. Gabah dimasukkan ke
dalam karung bersih dan jauhkan dari beras karena dapat tertulari hama beras.
Gabah siap dibawa ke tempat penggilingan beras (huller).
MANFAAT PADI
MANFAAT PADI
Gambar 9.Manfaat Padi
Bagian Yang Digunakan :
Selaput biji, biji, tangkai buah, dan. Selaput biji dijemur sampai kering.
Selaput biji, biji, tangkai buah, dan. Selaput biji dijemur sampai kering.
Penyakit Yang Dapat Diobati :
Tidak napsu makan, gangguan pencernaan, beri-beri, kesemutan; Keguguran, demam, diare, gondongan, rematik, keseleo, bisul,; Radang payudara, radang kulit, rambut kotor, keringat berlebihan.
Tidak napsu makan, gangguan pencernaan, beri-beri, kesemutan; Keguguran, demam, diare, gondongan, rematik, keseleo, bisul,; Radang payudara, radang kulit, rambut kotor, keringat berlebihan.
Kegunaan :
Selaput biji (Gu ya) berkhasiat untuk mengatasi:
- lambung dan limpa lemah,
- tidak nafsu makan, gangguan pencernaan, rasa penuh di dada dan
perut,
- beri-beri, serta
- tangan dan kaki rasa kesernutan, baal.
Selaput biji (Gu ya) berkhasiat untuk mengatasi:
- lambung dan limpa lemah,
- tidak nafsu makan, gangguan pencernaan, rasa penuh di dada dan
perut,
- beri-beri, serta
- tangan dan kaki rasa kesernutan, baal.
Tangkai buah (merang) berkhasiat
untuk mengatasi:
- rambut kotor, dan
- keguguran.
- rambut kotor, dan
- keguguran.
Biji (beras) berkhasiat untuk
mengatasi:
- demam,
- diare,
- gondongan,
- rematik, keselco,
- radang payudara, radang kulit, dan
- bisul.
- demam,
- diare,
- gondongan,
- rematik, keselco,
- radang payudara, radang kulit, dan
- bisul.
Akar (No tao ken) berkhasiat untuk
mengatasi:
- keringat berlebiban, berkeringat spontan, dan
- filariasis.
- keringat berlebiban, berkeringat spontan, dan
- filariasis.
Cara Pemakaian :
Selaput biji (bekatul) sebanyak 10 – 15 g atau akar 15 – 20 g direbus, lalu airnya diminum. Untuk pemakaian luar, beras digiling halus bersama bahan lain, untuk pemakaian setempat. Merang dibakar,lalu tambahkan air. Campuran ini baik untuk mencuci rambut.
Selaput biji (bekatul) sebanyak 10 – 15 g atau akar 15 – 20 g direbus, lalu airnya diminum. Untuk pemakaian luar, beras digiling halus bersama bahan lain, untuk pemakaian setempat. Merang dibakar,lalu tambahkan air. Campuran ini baik untuk mencuci rambut.
Contoh Pemakaian :
1. Diare
Segenggam beras merah disangrai sampai kuning, lalu digiling halus. Seduh dengan air panas sambil diaduk merata, sampai menjadi kuah kental. Ramuan yang disebut air tajin ini lalu ditambah sedikit garam. Setelah dingin siap untuk diminum. Lakukan 2 – 3 kali sehari.
1. Diare
Segenggam beras merah disangrai sampai kuning, lalu digiling halus. Seduh dengan air panas sambil diaduk merata, sampai menjadi kuah kental. Ramuan yang disebut air tajin ini lalu ditambah sedikit garam. Setelah dingin siap untuk diminum. Lakukan 2 – 3 kali sehari.
2. Pencuci rambut
Sebanyak 2 ikat tangkai buah kering (merang) dimasukkan ke dalam panci atau bejana dari tanah liat. Kemudian merang dibakar sampai semuanya hangus menjadi abu. Tambahkan 1 liter air, lalu embunkan di udara terbuka semalaman. Ambil air yang bening untuk keramas. Selesai keramas, bilas dengan air perasan 1 buah jeruk purut yang telah masak dan diencerkan dengan 2 gelas air. Kemudian rambut dikeringkan dengan cara diangin-anginkan. Lakukan 3 kali dalam seminggu.
Sebanyak 2 ikat tangkai buah kering (merang) dimasukkan ke dalam panci atau bejana dari tanah liat. Kemudian merang dibakar sampai semuanya hangus menjadi abu. Tambahkan 1 liter air, lalu embunkan di udara terbuka semalaman. Ambil air yang bening untuk keramas. Selesai keramas, bilas dengan air perasan 1 buah jeruk purut yang telah masak dan diencerkan dengan 2 gelas air. Kemudian rambut dikeringkan dengan cara diangin-anginkan. Lakukan 3 kali dalam seminggu.
3. Gondongan :
Ambil sekepal nasi panas, urutkan pada bagian pipi yang bengkak.
Ambil sekepal nasi panas, urutkan pada bagian pipi yang bengkak.
4. Rematik :
Sediakan beras merah 1 sendok, lempuyang sepanjang 1/2 jari tangan, dan cabai rawit 3 buah. Semua bahan tersebut setelah dicuci bersih lalu ditumbuk sampai menjadi seperti bubur. Balurkan ke tempat yang sakit.
Sediakan beras merah 1 sendok, lempuyang sepanjang 1/2 jari tangan, dan cabai rawit 3 buah. Semua bahan tersebut setelah dicuci bersih lalu ditumbuk sampai menjadi seperti bubur. Balurkan ke tempat yang sakit.
5. Mematangkan bisul : Untuk bisul
yang besar dan keras dikompres dengan bubur nasi.
6. Beri-beri :
Siapkan bekatul beras merah sebanyak 3 sendok makan lalu seduh dengan 100 cc susu sapi sambil diaduk merata. Minum selagi hangat. Lakukan 2 kali sehari.
Siapkan bekatul beras merah sebanyak 3 sendok makan lalu seduh dengan 100 cc susu sapi sambil diaduk merata. Minum selagi hangat. Lakukan 2 kali sehari.
Komposisi :
Sifat Kimia dan Efek Farmakologis : Akar bersifat hangat dan manis. Selaput biji (kulit ari) bersifat manis, netral, serta masuk meridian limpa dan lambung.
Sifat Kimia dan Efek Farmakologis : Akar bersifat hangat dan manis. Selaput biji (kulit ari) bersifat manis, netral, serta masuk meridian limpa dan lambung.
Kandungan Kimia : Biji mengandung
karbohidrat, dextrin, arabanoxylan, xylan, phytin, glutelin, enzim (phytase,
lypase, diastase), dan vitamin B
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Wahid Rauf,Syamsuddin. T,Sri
Rahayu Sihombing. 2000.Penanan Pupuk NPK Pada Tanaman Padi.Loka Pengkajian
Teknologi Pertanian Koya Barat.Irian Jaya
Anonimous.2009.Padi dan
Manfaatnya.http:\\www.Rosehan Anwar Blog.htm
Diakses pada 20 Mei 2010
Rahayu,Teguh.Budidaya Tanaman Padi
Dengan Teknologi MiG-6 PLUS BPP.
Salim,Muhammad. 2007. Peranan
Saluran Irigasi Bendung Pesayangan Untuk Mencukupi Kebutuhan Tanaman Padi Petak
Sawah di Kecamatan Talang Kabupaten Tegal.Universitas Negeri Semarang.Semarang.
Cara Budidaya Padi Sawah dan Darat. Dalam artikel kali ini akan di bahas bagaimana cara untuk
budidaya tanaman padi yang
merupakan makanan pokok dari
bangsa Indonesia ini. dalam tulisan ini akan di jelaskan bagaimana cara agar
tanaman padi yang di tanam akan menghasilkan produksi yang maksimal. Dalam
usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya, manusia berusaha, memenuhi
kebutuhan primer yaitu makanan. Dalam sejarah hidup manusia dari tahun ketahun
mengalami perubahan yang diikuti pula oleh perubahan kebutuhan bahan makanan
pokok. Hal ini dibuktikan dibeberapa daerah yang semula makanan pokoknya
ketela, sagu, jagung akhimya beralih makan nasi.
Nasi merupakan salah satu bahan makanan pokok yang mudah diolah, mudah disajikan, enak dan nilai energi yang
terkandung didalamnya cukup tinggi sehingga berpengaruh besar terhadap kesehatan.
SEJARAH TANAMAN PADI
Padi termasuk genus Oryza L yang meliputi lebih kurang 25
spesies, tersebar didaerah tropik dan daerah sub tropik seperti Asia, Afrika,
Amerika dan Australia. Menurut Chevalier dan Neguier padi berasal dari dua
benua Oryza fatua Koenig dan Oryza sativa L berasal dari benua Asia, sedangkan
jenis padi lainya yaitu Oryza stapfii Roschev dan Oryza glaberima Steund
berasal dari Afrika barat. Padi yang ada sekarang ini merupakan persilangan antara Oryza officinalis dan Oryza sativa f spontania. Di
Indonesia pada mulanya tanaman padi diusahakan didaerah tanah kering dengan sistim ladang, akhirnya orang berusaha
memantapkan basil usahanya dengan cara mengairi daerah yang curah hujannya
kurang. Tanaman padi yang dapat tumbuh dengan baik didaerah tropis ialah
Indica, sedangkan Japonica banyak diusakan didaerah sub tropika.
ARTI PENTING DAN MANFAAT PADI BAGI KEHIDUPAN MANUSIA
Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan
makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia.
Meskipun padi dapat digantikan oleh makanan lainnya, namun padi memiliki nilai
tersendiri bagi orang yang biasa makan nasi dan tidak dapat dengan mudah
digantikan oleh bahan makanan yang lain. Padi adalah salah satu bahan makanan
yang mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab
didalamnya terkandung bahan yang mudah diubah menjadi energi. Oleh karena itu
padi disebut juga makanan energi.
Menurut Collin Clark Papanek, nilai gizi yang diperlukan
oleh setiap orang dewasa adalah 1821 calori yang apabila disetarakan dengan
beras maka setiap hari diperlukan beras sebanyak 0,88 kg. Beras mengandung
berbagai zat makanan antara lain: karbohidrat, protein, lemak, serat kasar, abu
dan vitamin.
Disamping itu beras mengandung beberapa unsur mineral antara
lain: kalsium, magnesium, sodium, fosphor dan lain sebagainya.
SYARAT TUMBUH
Tanaman padi dapat hidup baik didaerah yang berhawa panas
dan banyak mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan
atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki per
tahun sekitar 1500 -2000 mm. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi 23
°C.
Tinggi tempat yang cocok untuk tanaman padi berkisar antara
0 -1500 m dpl. Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah
sawah yang kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dalam perbandingan tertentu
dengan diperlukan air dalam jurnlah yang cukup. Padi dapat tumbuh dengan baik
pada tanah yang ketebalan lapisan atasnya antara 18 -22 cm dengan pH antara 4
-7.
BERCOCOK TANAM PADI
Padi dibudidayakan dengan tujuan mendapatkan hasil yang
setinggi-tinginya dengan kualitas sebaik mungkin, untuk mendapatkan hasil yang
sesuai dengan harapan maka, tanaman yang akan ditanam harus sehat dan subur.
Tanaman yang sehat ialah tanaman yang tidak terserang oleh hama dan penyakit,
tidak mengalami defisiensi hara, baik unsur hara yang diperlukan dalam jumlah
besar maupun dalam jumlah kecil. Sedangkan tanaman subur ialah tanaman
yang pertumbuhan clan perkembangannya tidak terhambat, entah oleh kondisi biji
atau kondisi lingkungan.
PADI SAWAH
Teknik bercocok tanam yang baik sangat diperlukan untuk
mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan. Hal ini harus dimulai dari awal,
yaitu sejak dilakukan persemaian sampai tanaman itu bisa dipanen. Dalam
proses pertumbuhan tanaman hingga berbuah ini harus dipelihara yang baik,
terutama harus diusahakan agar tanaman terhindar dari serangan hama dan
penyakit yang sering kali menurunkan produksi.
1. PERSEMAIAN
Membuat persemaian merupakan langkah awal bertanam padi.
Pembuatan persemaian memerlukan suatu persiapan yang sebaik-baiknya, sebab
benih di persemaian ini akan menentukan pertumbuhan padi di sawah, oleh karena
itu persemian harus benar-benar mendapat perhatian, agar harapan untuk
mendapatkan bibit padi yang sehat dan subur dapat
tercapai.
a. Penggunaan benih
- Benih unggul
- Bersertifikat
- Kebutuhan benih 25 -30 kg / ha
b. Persiapan lahan untuk persemaian
- Tanah harus subur
- Cahaya matahari
- Pengairan
- Pengawasan
c. Pengolahan tanah calon persemaian
- Persemaian kering
- Persemaian basah
- Persemaian sistem dapog
Persemaian Kering
Persemaian kering biasanya dilakukan pada tanah-tanah remah,
banyak terdapat didaerah sawah tadah hujan. Persemaian tanah kering harus
dilakukan dengan baik yaitu :
- Tanah dibersihkan dari rumput clan sisa -sisa jerami
yang masih tertinggal, agar tidak mengganggu pertumbuhan bibit.
- Tanah dibajak atau dicangkul lebih dalam dari pada
apa yang dilakukan pada persemaian basah, agar akar bibit bisa dapat
memasuki tanah lebih dalam, sehingga dapat menyerap hara lebih banyak.
- Selanjutnya tanah digaru Areal
persemaian yang tanahnya sempit dapat dikerjakan dengan cangkul, yang pada
dasarnya pengolahan tanah ini bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah,
agar tanah menjadi gembur.
Ukuran bedengan persemaian :
- Panjang bedengan : 500 -600 cm atau menurut kebutuhan,
akan tetapi
perlu diupayakan agar bedengan tersebut tidak terlalu
panjag
- Lebar bedengan 100 -150 cm
- Tinggi bedengan 20 -30 cm
Diantara kedua bedengan yang berdekatan selokan, dengan
ukuran lebar
30-40 cm. Pembuatan selokan ini dimaksud untuk mempermudah :
- Penaburan benih dan pencabutan bibit
- Pemeliharaan bibit dipersemaian meliputi :
¬ Penyiangan
¬ Pengairan
¬ Pemupukan
¬ Pemberantasan hama dan penyakit
Persemaian diupayakan lebih dari 1/25 luas sawah yang akan
ditanami, penggunaan benih pada persemaian kering lebih banyak dari persemaian
basah.
Persemaian Basah
Perbedaan antara persemaian kering dan basah terletak pada
penggunaan air. Persemaian basah, sejak awal pengolahan tanah telah
membutuhkan genangan air. Fungsi genangan air :
- Air akan melunakan tanah
- Air dapat mematikan tanaman pengganggu ( rumput )
- Air dapat dipergunakan untuk memberantas serangga pernsak
bibit
Tanah yang telah cukup memperoleh genangan air akan menjadi
lunak, tanah yang sudah lunak ini diolah dengan bajak dan garu masing-masing 2
kali. Namun sebelum pengolahan tanah harus dilakukan perbaikan pematang
terlebih dahulu, kemudian petak sawah dibagi menurut keperluan. Luas persemaian
yang digunakan 1/20 dari areal pertanaman yang akan ditanami.
Sistem Dapog
Di Filipina telah dikenal cara penyemaian dengan
sistem dapog, sistem tersebut di Kabupaten Bantul telah dipraktekan di
Desa Pendowoharjo, Sewon.
Cara penyemaian dengan sistem dapog :
- Persiapan persemaian seperti pada persemaian basah
- Petak yang akan ditebari benih ditutup dengan daun
pisang
- Kemudian benih ditebarkan diatas daun pisang,
sehingga pertumbuhan benih dapat menyerap makanan dari putik
lembaga
- Setiap hari daun pisang ditekan sedikit demi sedikit
kebawah
- Air dimasukan sedikit demi sedikit hingga cukup
sampai hari ke 4
- Pada umur 10 hari daun pisang digulung dan
dipindahkan kepersemaian yang baru atau tempat penanaman disawah
d. Penaburan benih
Perlakuan sebagai upaya persiapan Benih terlebih dahulu
direndam dalam air dengan maksud :
- Seleksi terhadap benih yang kurang baik, terapung,
melayang harus dibuang
- Agar terjadi proses tisiologis
Proses tisiologis berarti terjadinya perubahan didalam benih
yang akhimya benih cepat berkecambah. Terserap atau masuknya
air kedalam benih akan mempercepat proses tisiologis
Lama perendaman benih
Benih direndam dalam air selama 24 jam, kemudian diperam
( sebelumnya ditiriskan atau dietus )
Lamanya pemeraman
Benih diperam selama 48 jam, agar didalam pemeraman tersebut
benih berkecambah.
Pelaksanaan menebar benih
Hal- hal yang hams diperhatikan dalam menebar benih adalah :
- Benih telah berkecambah dengan panjang kurang lebih 1
mm
- Benih tersebar rata
- Kerapatan benih harus sama
e. Pemeliharaan persemaian
1) Pengairan
Pada pesemaian secara kering
Pengairan pada pesemaian kering dilakukan dengan cara
mengalirkan air keselokan yang berada diantara bedengan, agar terjadi
perembesan sehingga pertumbuhan tanaman dapat berlangsung, meskipun dalam hal
ini sering kali ditumbuhi oleh tumbuhan pengganggu atau rumput. Air berperan
menghambat atau bahkan menghentikan pertumbuhan tanaman pengganggu /
rumput. Perlu diketahui bahwa banyaknya air dan kedalamanya merupakan
faktor yang memperngaruhi perkembangan semai, terutama pada pesemaian yang
dilakukan secara basah.
Pada pesemaian basah
Pengairan pada pesemaian basah dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
- Bedengan digenangi air selama 24 jam
- Setelah genagan itu berlangsung selama 24 jam,
kemudian air
dikurang hingga keadakan macak-macak (nyemek-nyemek),
kemudian benih mulai bisa disebar Pengurangan air pada pesemaian hingga keadaan
air menjadi macakmacak ini, dimaksudkan agar benih yang disebar dapat
merata dan mudah melekat ditanah sehingga akar mudah masuk kedalam tanah.
- Benih tidak busuk akibat genagan air
- Memudahkan benih bernafas / mengambil oksigen
langsung dari udara, sehingga proses perkecambahan lebih cepat
- Benih mendapat sinar matahari secara langsung
Agar benih dalam bedengan tidak hanyut, maka air harus
diatur sesuai dengan keadaan, misalnya : bila akan terjadi hujan maka bedengan
perlu digenangi air, agar benih tidak hanyut. Penggenangan air dilakukan lagi
pada saat menjelang pemindahan bibit dari pesemaian kelahan pertanaman, untuk
memudahkan pencabutan.
2) Pemupukan dipersemaian
Biasanya unsur hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah
besar ialah unsur hara makro. Sedangkan pupuk buatan / anorganik seperti Urea,
TSP dll diberikan menjelang penyebaran benih dipesemaian, bila perlu
diberi zat pengatur tumbuh. Pemberian zat pengatur tumbuh pada benih dilakukan
menjelang benih disebar.
2. PERSIAPAN DAN PENGOLAHAN TANAH SAWAH
Pengolahan tanah bertujuan mengubah keadaan tanah pertanian
dengan alat tertentu hingga memperoleh susunan tanah ( struktur tanah ) yang
dikehendaki oleh tanaman. Pengolahan tanah sawah terdiri dari beberapa
tahap :
a. Pembersihan
b. Pencangkulan
c. Pembajakan
d. Penggaruan
a. Pembersihan - Selokan-selokan perlu
dibersihkan
- Jerami yang ada perlu dibabat untuk pembuatan kompos
b. Pencangkulan
c. Membajak
- Memecah tanah menjadi bongkahan-bongkahan tanah
- Membalikkan tanah beserta tumbuhan rumput ( jerami )
sehingga akhirnya membusuk.
- Proses pembusukan dengan bantuan mikro organisme
yang ada dalam tanah
d. Menggaru
- Meratakan dan menghancurkan gumpalan-gumpalan
tanah
- Pada saat menggaru sebaiknya sawah dalam keaadan
basah
- Selama digaru saluran pemasukan dan pengeluaran air
ditutup agar lumpur tidak hanyut terbawa air keluar
- Penggaruan yang dilakukan berulang kali akan
memberikan keuntungan ¾ Permukaan tanah menjadi rata ¾ Air yang merembes
kebawah menjadi berkurang
-Sisa tanaman atau rumput akan terbenam ¾ Penanaman
menjadi mudah ¾ Meratakan pembagian pupuk dan pupuk terbenam
3. PENANAMAN
Dalam penanaman bibit padi, harus diperhatikan sebelumnya
adalah :
a. Persiapan lahan
b. Umur bibit
c. Tahap penanaman
a. Persiapan lahan
Tanah yang sudah diolah dengan cara yang baik, akhirnya siap
untuk ditanami bibit padi.
b. Umur bibit
Bila umur bibit sudah cukup sesuai dengan jenis padi, bib it
tersebut segera dapat dipindahkan dengan cara mencabut bibit
c. Tahap penanaman
Tahap penanaman dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu
1. Memindahkan bibit
2. Menanam
1) Memindahkan bibit Bibit dipesemaian yang
telah berumum 17-25 hari ( tergantung jenis padinya, genjah / dalam ) dapat
segera dipindahkan kelahan yang telah disiapkan.
Syarat -syarat bibit yang siap dipindahkan ke sawah :
- Bibit telah berumur 17 -25 hari
- Bibit berdaun 5 -7 helai
- Batang bagian bawah besar, dan kuat
- Pertumbuhan bibit seragam ( pada jenis padi yang
sama)
- Bibit tidak terserang hama dan penyakit Bibit
yang berumur lebih dari 25 hari kurang baik, bahkan mungkin telah ada yang
mempunyai anakan.
2) Menanam
Dalam menanam bibit padi, hal- hal yang harus diperhatikan
adalah :
a. Sistim larikan ( cara tanam )
b. Jarak tanam
c. Hubungan tanaman
d. Jumlah tanaman tiap lobang
e. Kedalam menanam bibit
f. Cara menanam
a) Sistim larikan ( cara tanam )
- Akan kelihatan rapi
- Memudahkan pemeliharaan terutama dalam
penyiangan
- Pemupukan, pengendalian hama dan penyakit akan lebih
baik dan cepat
- Dan perlakuan-perlakuan lainnya
- Kebutuhan bibit / pemakaian benih bisa diketahui
dengan mudah
b) Jarak tanam
Faktor yang ikut menentukan jarak tanam pada tanaman padi,
tergantung pada :
- .Jenis tanaman
- Kesuburan tanah
- Ketinggian tempat / musim
- Jenis tanaman
Jenis padi tertentu dapat menghasilkan banyak anakan. Jumlah
anakan yang banyak memerlukan jarak tanam yang lebih besar, sebaliknya jenis
padi yang memiliki jumlah anakan sedikit memerlukan jarak tanam yang lebih
sempit.
- Kesuburan tanah
Penyerapan hara oleh akar tanaman padi akan mempengaruhi
penentuan jarak tanam, sebab perkembangan akar atau tanaman itu sendiri pada
tanah yang subur lebih baik daTi pada perkembangan akar / tanaman pada
tanah yang kurang subur. Oleh karena itu jarak tanam yang dibutuhkan pada tanah
yang suburpun akan lebih lebar daTi pada jarak tanam padah tanah yang jurang
subur.
- Ketinggian tempat.
Daerah yang mempunyai ketinggian tertentu seperti daerah
pegunungan akan memerlikan jarakn tanam yang lebih rapat dari pada jarak
tanam didataran rendah, hal ini berhubungan erat dengan penyediaan air.
Tanaman padi varietas unggul memerlukan jarak tanam 20 x 20 cm pada musim kemarau,
dan 25 x 25 cm pada musim hujan.
c) Hubungan tanaman
Hubungan tanaman berkaitan dengan jarak tanam.
Hubungan tanaman yang sering diterapkan ialah :
- Hubungan tanaman bujur sangkar ( segi empat )
- Hubungan tanaman empat persegi panjang.
- Hubungan tanaman 2 baris.
d) Jumlah tanaman ( bibit ) tiap lobang.
Bibit tanaman yang baik sangat menentukan penggunaannya pada
setiap lubang. Pemakian bibit tiap lubang antara 2 -3 batang
e) Kedalaman penanaman bibit
Bibit yang ditanam terlalu dalam / dangkal menyebabkan
pertumbuhan tanaman kurang baik, kedalam tanaman yang baik 3 -4 cm.
f) Cara menanam
Penanaman bibit padi diawali dengan menggaris tanah /
menggunakan tali pengukur untuk menentukan jarak tanam. Setelah pengukuran
jarak tanam selesai dilakukan penanaman padi secara serentak.
4 PEMELIHARAAN
Meliputi :
a. Penyulaman dan penyiangan
b. Pengairan
c. Pemupukan
a. Penyulaman dan penyiangan.
Yang harus diperhatikan dalam penyulaman :
- Bibit yang digunakan harus jenis yang sama
- Bibit yang digunakan merupakan sisa bibit yang
terdahulu
- Penyulaman tidak boleh melampoi 10 hari setelah
tanam.
- Selain tanaman pokok ( tanaman pengganggu ) supaya
dihilangkan.
b. Pengairan
Pengairan disawah dapat dibedakan :
- Pengairan secara terns menerus
- Pengairan secara piriodik
c. Pemupukan
Tujuannya adalah untuk mencukupi kebutuhan makanan yang
berperan sangat penting bagi tanaman baik dalam proses pertumbuhan / produksi,
pupuk yang sering digunakan oleh petani berupa :
- Pupuk alam ( organik )
- Pupuk buatan ( an organik )
Dosis pupuk yang digunakan :
- Pupuk Urea 250 -300 kg / ha
- Pupuk SP 36 75 -100 kg / ha
- Pupuk KCI 50 -100 kg / ha
- Atau disesuaikan dengan analisa tanah
Demikian informasi tentang budidaya tanaman padi semoga
membantu informasi yang anda butuhkan untuk bertanam padi.
No comments:
Post a Comment