Search Box

GAMES RECORD

Overwolf Signature

Saturday, December 15, 2012

Budidaya Padi


SYARAT TUMBUH
Padi dapat tumbuh pada ketinggian 0-1500 mdpl dengan temperatur 19 - 270 C, memerlukan penyinaran matahari penuh tanpa naungan. Angin berpengaruh pada penyerbukan dan pembuahan. Padi menghendaki tanah lumpur yang subur dengan ketebalan 18-22 cm dan pH tanah 4 - 7.

PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
A.Benih
Dengan jarak tanam 25 x 25 cm per 1000 m2 sawah membutuhkan 1,5-3 kg. Jumlah ideal benih yang disebarkan sekitar 50-60 gr/m2. Perbandingan luas tanah untuk pembenihan dengan lahan tanam adalah 3 : 100, atau 1000 m2 sawah : 3,5 m2 pembibitan
 
B.Perendaman Benih
Benih direndam
POC NASA dan air, dosis 2 cc/lt air selama 6-12 jam. tiriskan dan masukkan karung goni, benih padi yang mengambang dibuang. Selanjutnya diperam menggunakan daun pisang atau dipendam di dalam tanah selama 1 - 2 malam hingga benih berkecambah serentak.
 
C.Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Persemaian diairi dengan berangsur sampai setinggi 3 - 5 cm. Setelah bibit berumur 7-10 hari dan 14-18 hari, dilakukan penyemprotan
POC NASA dengan dosis 2 tutup/tangki.
 
D. Pemindahan benih
Bibit yang siap dipindahtanamkan ke sawah berumur 21-40 hari, berdaun 5-7 helai, batang bawah besar dan kuat, pertumbuhan seragam, tidak terserang hama dan penyakit.
 
F. Pemupukan
Pemupukan seperti pada tabel berikut, dosis pupuk sesuai dengan hasil panen yang diinginkan. Semua pupuk makro dicampur dan disebarkan merata ke lahan sesuai dosis.
Khusus penggunaan Hormonik bisa dicampurkan dengan
POC NASA kemudian disemprotkan ( 3-4 tutup POC NASA + 1 tutup HORMONIK /tangki ). Hasil akan bervariasi tergantung jenis varietas, kondisi dan jenis tanah, serangan hama dan penyakit serta
TABEL PENGGUNAAN
POC NASA DAN SUPERNASA
Waktu Aplikasi
Jenis Pupuk
Olah Tanah (kg)
14 hari ( kg )
30 hari ( kg )
45 hari ( kg )
60 hari ( kg )
Urea
36,5
9
9
9
9
ZA
3,5
1
1
1
1
SP-36
6,5
1,5
1,5
1,5
1,5
KCl
20
5
5
5
5
Dolomit
13
3
3
3
3
SPR NASA
2 botol ( siram)
2 botol ( siram)
-
-
-
Catatan : Dosis produksi padi 1,2 – 1,7 ton/ 1000 M2 Gabah Kering Panen

Waktu Aplikasi
Jenis Pupuk
Olah Tanah (kg)
10–14 hari ( kg )
25–28 hari ( kg )
42–45 hari ( kg )
Urea
12
6
6
6
SP-36
10
50
-
-
KCl
-
-
7
8
SPR NASA
1 botol (siram)
5
5
5
POC NASA
-
4-5 ttp/tgk (semprot)
4-5 ttp/tgk (semprot)
4-5 ttp/tgk (semprot)
Catatan : Dosis produksi padi 0,8 – 1,1 ton/ 1000 M2 Gabah Kering Panen

Waktu Aplikasi
Jenis Pupuk
Olah Tanah (kg)
10–14 hari ( kg )
25–28 hari ( kg )
42–45 hari ( kg )
Urea
10
4,5
4
4
SP-36
11,5
-
-
-
KCL
-
-
5
6,5
POC NASA
20-40 ttp (siram)
4-8 ttp/tgk (semprot)
4-8 ttp/tgk (semprot)
4-8 ttp/tgk (semprot)
HORMONIK
-
-
1 ttp/tgk campur NASA
1 ttp/tgk campur NASA
Catatan : Dosis produksi padi 0,8 – 1,1 ton/ 1000 M2 Gabah Kering Panen

Cara Penggunaan
SUPERNASA & POC NASA
  1. Pemberian SUPERNASA dengan cara dilarutkan dalam air secukupnya kemudian disiramkan ( hanya disiramkan)
  2. Jika dengan POC NASA dicampur air secukupnya bisa disiramkan atau disemprotkan.
  3. Khusus SP-36 bisa dilarutkan SUPERNASA atau POC NASA, sedang pupuk makro lainnya disebar secara merata.
G. PENGOLAHAN LAHAN RINGAN
Dilakukan pada umur 20 HST, bertujuan untuk sirkulasi udara dalam tanah, yaitu membuang gas beracun dan menyerap oksigen.

H.PENYIANGAN
Penyiangan rumput-rumput liar seperti jajagoan, sunduk gangsir, teki dan eceng gondok dilakukan 3 kali umur 4 minggu, 35 dan 55.

I. PENGAIRAN
Penggenangan air dilakukan pada fase awal pertumbuhan, pembentukan anakan, pembungaan dan masa bunting. Sedangkan pengeringan hanya dilakukan pada fase sebelum bunting bertujuan menghentikan pembentukan anakan dan fase pemasakan biji untuk menyeragamkan dan mempercepat pemasakan biji.

J. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
  • Hama putih (Nymphula depunctalis). Gejala : menyerang daun bibit, kerusakan berupa titik-titik yang memanjang sejajar tulang daun, ulat menggulung daun padi. Pengendalian: (1) pengaturan air yang baik, penggunaan bibit sehat, melepaskan musuh alami, menggugurkan tabung daun; (2) menggunakan BVR atau Pestona
  • Padi Thrips (Thrips oryzae). Gejala: daun menggulung dan berwarna kuning sampai kemerahan, pertumbuhan bibit terhambat, pada tanaman dewasa gabah tidak berisi. Pengendalian: BVR atau Pestona.
  • Wereng penyerang batang padi: wereng padi coklat (Nilaparvata lugens), wereng padi berpunggung putih (Sogatella furcifera) dan Wereng penyerang daun padi: wereng padi hijau (Nephotettix apicalis dan N. impicticep). Merusak dengan cara mengisap cairan batang padi dan dapat menularkan virus. Gejala: tanaman padi menjadi kuning dan mengering, sekelompok tanaman seperti terbakar, tanaman yang tidak mengering menjadi kerdil. Pengendalian: (1) bertanam padi serempak, menggunakan varitas tahan wereng seperti IR 36, IR 48, IR- 64, Cimanuk, Progo dsb, membersihkan lingkungan, melepas musuh alami seperti laba-laba, kepinding dan kumbang lebah; (2) penyemprotan BVR.
  • Walang sangit (Leptocoriza acuta). Menyerang buah padi yang masak susu. Gejala buah hampa atau berkualitas rendah seperti berkerut, berwarna coklat dan tidak enak; pada daun terdapat bercak bekas isapan dan bulir padi berbintik-bintik hitam. Pengendalian: (1) bertanam serempak, peningkatankebersihan, mengumpulkan dan memusnahkan telur, melepas musuh alami seperti jangkrik, laba-laba; (2) penyemprotan BVR atau PESTONA.
  • Kepik hijau (Nezara viridula). Menyerang batang dan buah padi. Gejala: pada batang tanaman terdapat bekas tusukan, buah padi yang diserang memiliki noda bekas isapan dan pertumbuhan tanaman terganggu. Pengendalian: mengumpulkan dan memusnahkan telur-telurnya, penyemprotan BVR atau PESTONA.
  • Penggerek batang padi terdiri atas: penggerek batang padi putih (Tryporhyza innotata), kuning (T. incertulas), bergaris (Chilo supressalis) dan merah jambu (Sesamia inferens). Menyerang batang dan pelepah daun. Gejala: pucuk tanaman layu, kering berwarna kemerahan dan mudah dicabut, daun mengering dan seluruh batang kering. Kerusakan pada tanaman muda disebut hama "sundep" dan pada tanaman bunting (pengisian biji) disebut "beluk". Pengendalian: (1) menggunakan varitas tahan, meningkatkan kebersihan lingkungan, menggenangi sawah selama 15 hari setelah panen agar kepompong mati, membakar jerami; (2) menggunakan BVR atau PESTONA.
  • Hama tikus (Rattus argentiventer). Menyerang batang muda (1-2 bulan) dan buah. Gejala: adanya tanaman padi yang roboh pada petak sawah dan pada serangan hebat ditengah petak tidak ada tanaman. Pengendalian: pergiliran tanaman, tanam serempak, sanitasi, gropyokan, melepas musuh alami seperti ular dan burung hantu, penggunaan NAT (Natural Aromatic).
  • Burung. Menyerang menjelang panen, tangkai buah patah, biji berserakan. Pengendalian: mengusir dengan bunyi-bunyian atau orang-orangan.
  • Penyakit Bercak daun coklat. Penyebab: jamur Helmintosporium oryzae. Gejala: menyerang pelepah, malai, buah yang baru tumbuh dan bibit yang baru berkecambah. Biji berbercak-bercak coklat tetapi tetap berisi, padi dewasa busuk kering, biji kecambah busuk dan kecambah mati. Pengendalian: (1) merendam benih di air hangat + POC NASA, pemupukan berimbang, tanam padi tahan penyakit ini.
  • Penyakit Blast. Penyebab: jamur Pyricularia oryzae. Gejala: menyerang daun, buku pada malai dan ujung tangkai malai. Daun, gelang buku, tangkai malai dan cabang di dekat pangkal malai membusuk. Pemasakan makanan terhambat dan butiran padi menjadi hampa. Pengendalian: (1) membakar sisa jerami, menggenangi sawah, menanam varitas unggul Sentani, Cimandiri IR-48, IR-36, pemberian pupuk N di saat pertengahan fase vegetatif dan fase pembentukan bulir; (2) pemberian GLIO di awal tanam.
  • Busuk pelepah daun. Penyebab: jamur Rhizoctonia sp. Gejala: menyerang daun dan pelepah daun pada tanaman yang telah membentuk anakan. Menyebabkan jumlah dan mutu gabah menurun. Pengendalian: (1) menanam padi tahan penyakit (2) pemberian GLIO pada saat pembentukan anakan.
  • Penyakit Fusarium. Penyebab: jamur Fusarium moniliforme. Gejala: menyerang malai dan biji muda menjadi kecoklatan, daun terkulai, akar membusuk. Pengendalian: merenggangkan jarak tanam, mencelupkan benih + POC NASA dan disebari GLIO di lahan
  • Penyakit kresek/hawar daun. Penyebab: bakteri Xanthomonas campestris pv oryzae) Gejala: menyerang daun dan titik tumbuh. Terdapat garis-garis di antara tulang daun, garis melepuh dan berisi cairan kehitam-hitaman, daun mengering dan mati. Pengendalian: (1) menanam varitas tahan penyakit seperti IR 36, IR 46, Cisadane, Cipunegara, menghindari luka mekanis, sanitasi lingkungan; (2) pengendalian diawal dengan GLIO.
  • Penyakit kerdil. Penyebab: virus ditularkan oleh wereng coklat Nilaparvata lugens. Gejala: menyerang semua bagian tanaman, daun menjadi pendek, sempit, berwarna hijau kekuning-kuningan, batang pendek, buku-buku pendek, anakan banyak tetapi kecil. Pengendalian: sulit dilakukan, usaha pencegahan dengan memusnahkan tanaman yang terserang ada mengendalikan vector dengan BVR atau PESTONA.
  • Penyakit tungro. Penyebab: virus yang ditularkan oleh wereng hijau Nephotettix impicticeps. Gejala: menyerang semua bagian tanaman, pertumbuhan tanaman kurang sempurna, daun kuning hingga kecoklatan, jumlah tunas berkurang, pembungaan tertunda, malai kecil dan tidak berisi. Pengendalian: menanam padi tahan wereng seperti Kelara, IR 52, IR 36, IR 48, IR 54, IR 46, IR 42 dan mengendalikan vektor virus dengan BVR.
K. PANEN DAN PASCA PANEN
  • Panen dilakukan jika butir gabah 80 % menguning dan tangkainya menunduk
  • Alat yang digunakan ketam atau sabit
  • Setelah panen segera dirontokkan malainya dengan perontok mesin atau tenaga manusia
  • Usahakan kehilangan hasil panen seminimal mungkin. 
  • Setelah dirontokkan diayaki (Jawa : ditapeni) dilakukan pengeringan dengan sinar matahari 2-3 hari.
  • Setelah kering lalu digiling yaitu pemisahan gabah dari kulit bijinya.
  • Beras siap dikonsumsi.

budidaya tanaman padi
oleh nabilussalam pada Juni 12, 2011
BUDIDAYA TANAMAN PADI
Oleh :
ALFIYAN ARIF (0910480184)
JENIS TANAMAN
Klasifikasi tanaman padi (Oryza sativa) adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monotyledonae
Family : Gramineae (Poaceae)
Genus : Oryza
Spesies : Oryza spp.
Terdapat 25 spesies Oryza, yang dikenal adalah O. sativa dengan dua subspecies yaitu Indica (padi bulu) yang ditanam di Indonesia dan Sinica (padi cere). Padi dibedakan dalam dua tipe yaitu padi kering (gogo) yang ditanam di dataran tinggi dan padi sawah di dataran rendah yang memerlukan penggenangan. Varitas unggul nasional berasal dari Bogor: Pelita I/1, Pelita I/2, Adil dan Makmur (dataran tinggi), Gemar, Gati, GH 19, GH 34 dan GH 120 (dataran rendah).Varitas unggul introduksi dari International Rice Research Institute (IRRI) Filipina adalah jenis IR atau PB yaitu IR 22, IR 14, IR 46 dan IR 54 (dataran rendah); PB32, PB 34, PB 36 dan PB 48 (dataran rendah).
SYARAT PERTUMBUHAN
Iklim
1. Tumbuh di daerah tropis/subtropis pada 45 derajat LU sampai 45 derajat LS dengan cuaca panas dan kelembaban tinggi dengan musim hujan 4 bulan.
2. Rata-rata curah hujan yang baik adalah 200 mm/bulan atau 1500-2000 mm/tahun. Padi dapat ditanam di musim kemarau atau hujan. Pada musim
kemarau produksi meningkat asalkan air irigasi selalu tersedia. Di musim hujan, walaupun air melimpah prduksi dapat menurun karena penyerbukan kurang intensif.
3. Di dataran rendah padi memerlukan ketinggian 0-650 m dpl dengan temperature 22-27 derajat C sedangkan di dataran tinggi 650-1.500 m dpl dengan temperature 19-23 derajat C.
4. Tanaman padi memerlukan penyinaram matahari penuh tanpa naungan.
5. Angin berpengaruh pada penyerbukan dan pembuahan tetapi jika terlalu kencang akan merobohkan tanaman.
Media Tanam
1. Padi sawah ditanam di tanah berlempung yang berat atau tanah yang memiliki lapisan keras 30 cm di bawah permukaan tanah.
2. Menghendaki tanah lumpur yang subur dengan ketebalan 18-22 cm.
3. Keasaman tanah antara pH 4,0-7,0. Pada padi sawah, penggenangan akan mengubah pH tanam menjadi netral (7,0). Pada prinsipnya tanah berkapur dengan pH 8,1-8,2 tidak merusak tanaman padi.Karena mengalami penggenangan, tanah sawah memiliki lapisan reduksi yang tidak mengandung oksigen dan pH tanah sawah biasanya mendekati netral.Untuk mendapatkan tanah sawah yang memenuhi syarat diperlukan pengolahan tanah yang khusus.
Ketinggian Tempat
Padi (Oryza sativa) merupakan tanaman semusim yang sangat bermanfaat diIndonesia karena menjadi bahan makanan pokok.Tanaman ini dapat tumbuh pada daerah mulai dari daratan rendah sampai daratan tinggi.Bila didataran tinggi kita mengenal padi gogo,maka didataran rendah kita mengenalnya dengan padi sawah.Umumnya padi dapat dibudidayakan sampai pada ketinggian 1.200 m dpl.
PEDOMAN BUDIDAYA
Pembibitan
Gambar 1. Benih tanaman padi
Persyaratan Benih
Syarat benih yang baik:
a) Tidak mengandung gabah hampa, potongan jerami, kerikil, tanah dan hama gudang.
b) Warna gabah sesuai aslinya dan cerah.
c) Bentuk gabah tidak berubah dan sesuai aslinya.
d) Daya perkecambahan 80%.
Penyiapan Benih
Benih dimasukkan ke dalam karung goni dan direndam 1 malam di dalam air mengalir supaya perkecambahan benih bersamaan.
Teknik Penyemaian Benih
Untuk satu hektar padi sawah diperlukan 25-40 kg benih tergantung pada jenis padinya. Lahan persemaian dipersiapkan 50 hari sebelum semai. Luas persemaian kira-kira 1/20 dari areal sawah yang akan ditanami. Lahan persemaian dibajak dan digaru kemudian dibuat bedengan sepanjang 500-600 cm, lebar 120 cm dan tinggi 20 cm. Sebelum penyemaian, taburi pupuk urea dan SP-36 masing-masing 10 gram/meter persegi. Benih disemai dengan kerapatan 75 gram/meter persegi.
Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Persemaian diairi dengan berangsur sampai setinggi 5 cm. Semprotkan pestisida pada hari ke 7 dan taburi pupuk urea 10 gram/meter persegi pada hari ke 10.
Pemindahan benih
Bibit yang siap dipindahtanamkan ke sawah berumur 25-40 hari, berdaun 5-7
helai, batang bawah besar dan kuat, pertumbuhan seragam, tidak terserang
hama dan penyakit.
Pengolahan Media Tanam
Gambar 2. Pembajakan Sawah
a) Bersihkan saluran air dan sawah dari jerami dan rumput liar.
b) Perbaiki pematang serta cangkul sudut petak sawah yang sukar dikerjakan dengan bajak.
c) Bajak sawah untuk membalik tanah dan memasukkan bahan organik yang ada di permukaan. Pembajakan pertama dilakukan pada awal musim
tanam dan dibiarkan 2-3 hari setelah itu dilakukan pembajakan ke dua yang disusul oleh pembajakan ketiga 3-5 hari menjelang tanam.
d) Ratakan permukaan tanah sawah, dan hancurkan gumpalan tanah engan cara menggaru.
e) Penggenangan lahan yang akan digunakan untuk budidaya memilki fungsi selain untuk membasahi lahan,juga untuk mengetahui apakah permukaan tanah sudah rata atau belum rata.
f) Lereng yang curam dibuat teras memanjang dengan petak-petak yang dibatasi oleh pematang agar permukaan tanah merata.
Teknik Penanaman
Pola Tanam
Pada areal beririgasi, lahan dapat ditanami padi 3 x setahun, tetapi pada sawah tadah hujan harus dilakukan pergiliran tanaman dengan palawija.Pergiliran tanaman ini juga dilakukan pada lahan beririgasi, biasanya setelah satu tahun menanam padi. Untuk meningkatkan produktivitas lahan,seringkali dilakukan tumpang sari dengan tanaman semusim lainnya,misalnya padi gogo dengan jagung atau padi gogo di antara ubi kayu dan
kacang tanah.Pada pertanaman padi sawah, tanaman tumpang sari ditanam di pematang sawah, biasanya berupa kacangkacangan.
Penanaman Padi
Bibit ditanam dalam larikan dengan jarak tanam 20 x 20 cm, 25 x 25 cm, 22 x 22 cm atau 30 x 20 cm tergantung pada varitas padi, kesuburan tanah dan musim. Padi dengan jumlah anakan yang banyak memerlukan jarak tanam yang lebih lebar. Pada tanah subur jarak tanam lebih lebar. Jarak tanam di daerah pegunungan lebih rapat karena bibit tumbuh lebih lambat. 2-3 batang bibit ditanam pada kedalaman 3-4 cm.
Pemeliharaan Tanaman
Penjarangan dan Penyulaman Padi
Penyulaman tanaman yang mati dilakukan paling lama 14 hari setelah tanam. Bibit sulaman harus dari jenis yang sama yang merupakan bibit cadangan pada persemaian bibit.Hal ini dilakukan untuk menjaga kebersihan lahan dan menghindari timbulnya penyakit pada tanaman padi.
Penyiangan Padi
Penyiangan dilakukan dengan mencabut rumput-rumput yang dikerjakan sekaligus dengan menggemburkan tanah. Penyiangan dilakukan dua kali yaitu pada saat berumur 3 dan 6 minggu dengan menggunakan landak (alat penyiang mekanis yang berfungsi dengan cara didorong) atau cangkul kecil.Hal ini bertujuan untuk menghindari tanaman pengganggu yang dapat menyebabkan kompetisi dengan tanaman utama(padi) terhadap unsur hara,air,cahaya dll.
Pengairan Padi
Gambar 3.Irigasi
Syarat penggunaan air di sawah:
a) Air dengan aliran air tidak deras dan bila mengandung lumpur dan kotoran ,maka hal ini juga dapat menguntungkan karena biasanya air yang berlumpur banyak mengandung unsur hara.
b) Air harus bisa menggenangi sawah dengan merata,maka dari itu air dibutuhkan dalam jumlah yang banyak.
c) Lubang pemasukkan dan pembuangan air letaknya berseberangan agar air merata di seluruh lahan.
d) Air tidak tercemar bahan kimia berbahaya dan juga sampah-sampah rumah tangga terutama plastik.
e) Genangan air harus pada ketinggian yang telah ditentukan.Setelah tanam, sawah dikeringkan 2-3 hari kemudian diairi kembali sedikit demi sedikit. Sejak padi berumur 8 hari genangan air mencapai 5 cm.
Pada waktu padi berumur 8-45 hari kedalaman air ditingkatkan menjadi 10 sampai dengan 20 cm. Pada waktu padi mulai berbulir, penggenangan sudah mencapai 20-25 cm, pada waktu padi menguning ketinggian air dikurangi sedikit-demi sedikit.
Pemupukan Padi
Gambar 4.Pemupukan Tanaman Padi
Pupuk Hayati MiG-6 Plus sebanyak 6 liter/ha per musim dengan aplikasi 2 liter diberikan 3 hari sebelum tanam dengan cara disemprot secara merata pada lahan yang airnya macak-macak kemudian aplikasi selanjutnya pada saat umur padi 30 hari dan pada saat keluar malai masing-masing 2 liter / ha. Pupuk anorganik yang dianjurkan Urea=200 kg/ha, TSP=50-75 kg/ha dan KCl=100 kg/ha. Pupuk Urea diberikan 2 kali, yaitu pada 3-4 minggu, 6-8 minggu setelah tanam. Urea disebarkan dan diinjak agar terbenam. Pupuk TSP diberikan satu hari sebelum tanam dengan cara disebarkan dan
dibenamkan. Pupuk KCl diberikan 2 kali yaitu pada saat tanam dan saat menjelang keluar malai.
Peranan N,P dan K pada Padi
Ketiga unsur ini mempunyai peran yang sangat penting terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman, dimana ketiga unsur ini saling berinteraksi satu sama lain dalam menunjang pertumbuhan tanaman, unsur nitrogen dapat diperoleh dari pupuk Urea dan ZA. unsur P dari pupuk TSP/SP-36, sedangkan K dalam KCI dan ZK.
Peranan Nitrogen
Unsur N adalah merupakan unsur yang cepat kelihatan pengaruhnya terhadap tanaman. Peran utama unsur ini adalah :
Merangsang pertumbuhan vegetatif (batang dan daun).
Meningkatkan jumlah anakan
Meningkatkan jumlah bulir/ rumpun
Kurang unsur N menyebabkan:
Pertumbuhannya kerdil
Daun tampak kekuning-kuningan
Sistem perakaran terbatas
Kelebihan unsur N menyebabkan tanaman:
Pertumbuhan vegetatif memanjang (lambat panen)
Mudah rebah
Menurunkan kualitas bulir.
Respon terhadap serangan hama/ penyakit.
Peranan Posfor
Secara detail fungsi posfor dalam pertumbuhan tanaman sukar di utarakan, namun demikian fungsi-fungsi utama posfor dalam pertumbuhan tanaman adalah sebagai berikut :
Memacu terbentuknya bunga, bulir pada malai
Menurunkan aborsitas
Perkembangan akar halus dan akar rambut
Memperkuat jerami sehingga tidak mudah rebah
Memperbaiki kualitas gabah
Kekurangan posfor menyebabkan tanaman
Pertumbuhan kerdil
Jumlah anakan sedikit w
Daun meruncing berwarna hijau gelap
Peranan Kalium
Kalium merupakan satu-satunya kation monovalen yang esensial bagi tanaman.Peranan utama kalium dalam tanaman ialah sebagai aktivator berbagai enzim.Dengan adanya kalium yang tersedia dalam tanah menyebabkan:
Ketegaran tanaman terjamin
Merangsang pertumbuhan akar
Tanaman lebih tahan terhadap hama dan penyakit
Memperbaiki kualitas bulir
Dapat mengurangi pengaruh kematangan yang dipercepat oleh posfor
Mampu mengatasi kekurangan air pada tingkat tertentu
Kekurangan Kalium menyebabkan :
Pertumbuhan kerdil
Daun kelihatan kering dan terbakar pada sisi-sisinya.
Menghambat pembentukan hidrat arang pada biji.
Permukaan daun memperlihatkan gejala klorotik yang tidak merata
Munculnya bercak coklat mirip gejala penyakit pada bagian yang berwarna hijau gelap.
Kelebihan kalium dapat menyebabkan daun cepat menua sebagai akibat kadar magnesium daun dapat menurun, kadang-kadang menjadi tingkat terendah sehingga aktifitas fotosintesa terganggu.
Pentingnya Pemupukan Secara Berimbang
Pemupukan secara berimbang utamanya keseimbangan antara Urea, SP – 36/TSP dan KCI yang harus diberikan tergantung pada keadaan tanah. Unsur utama yang terkandung dalam pupuk ini bila digunakan secara tepat tidak saja mengendalikan, mengimbangi, mendukung dan saling mengisi satu, sama lain diantara ketiga. jenis pupuk ini, akan tetapi juga dengan unsur-unsur lainnya. Hal ini sangat penting karena ada keterkaitan ekonomi dan efektivitan pemupukan.Pupuk yang diberikan merupakan tambahan bagi unsur yang sudah ada dalam tanah, sehingga jumlah nitrogen, posfor dan kalium yang tersedia bagi tanaman berada dalam perbandingan yang tepat.
Pada waktu bersamaan ketersediaan unsur penting (esensial) lainnya juga harus dalam keadaan optimal. Sebagai contoh apabila pemupukan padi hanya dipupuk dengan urea saja, kelihatannya sangat cepat dan rimbun akan tetapi sangat lemah sehingga mudah rebate dan tidak tahan, terhadap serangan hama dan penyakit. Demikian pula sebaliknya apabila hanya dipupuk TSP/SP-36 atau KCI saja pupuk ini tidak akan berpengaruh optimal terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Pada prinsipnya keseimbangan hara atau kesuburan secara menyeluruh harus sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman yang lebat dan normal.
Waktu Pemberian Pupuk N, P dan K
Waktu pemberian pupuk disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan tanaman dan jenis pupuk yang akan menjamin untuk optimalnya penyerapan unsur pupuk
tersebut oleh tanaman. Pemberian pupuk TSP / SP-36 umumnya diberikan bersamaan tanam, sedangkan Urea diberikan dua kali yaitu ½ dosis saat tanam(satu minggu setelah tanam) ½ dosis 35 hari setelah tanam (saat tanaman aktif). Pemberian pupuk KCL, pads prinsipnya pemberian lebih sedikit tetapi lebih sering, itu lebih baik, dibandingkan dengan pemberian dalam jumlah banyak tapi diberikan sekaligus.
Untuk menjamin efektifnya penyerapan unsur hara dari pupuk KCL, maka pemberiannya disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan tanaman padi yaitu 1/3 dosis 1 minggu setelah tanam, 1/3 dosis 35 hari setelah tanam (saat anakan aktif) dan 1/3 dosis 55 hari setelah tanam saat primordia).
Cara Aplikasi Pupuk
Pemupukan dilakukan secara manual dengan sebar atau hambur merata pada areal tanaman.Untuk aplikasi pupuk urea dan KCL pada waktu yang bersamaan dapat dicampur secara merata sebelum diaplikasikan dan setelah dicampur harus segera ditabur, tidak boleh disimpan terlalu lama karena dikhawatirkan dapat terkontaminasi senyawa lain yang tidak diinginkan.
Selain ditebarkan atau dihamburkan,bisa juga dengan penyemprotan.Namun bila disemprotkan,petani harus mengganti dengan pupuk cair dan penyediaan alat semprot yang tentunya menambah lagi ongkos produksi.
Penyemprotan Pestisida
Gambar 5.Penyemprotan Pestisida
Penyemprotan pestisida dilakukan 1-2 minggu sekali tergantung dari intensitas serangan.Semakin banyak intensitas serangan hama maupun penyakit,semakin intens juga pengaplikasian pestisidanya.Pestisida sangat beragam,namun yang dianjurkan adalah pestisida yang ramah lingkungan dan memperhatikan aspek ekologi.
Untuk pestisida pada tanaman padi,terutama yang ditargetkan pada musuh utama padi yakni wereng coklat,akan dibahas pada sub bab Pengendalian Hama Terpadu Wereng Coklat.
HAMA DAN PENYAKIT
Hama
Gambar 6.Hama Wereng
Wereng coklat(Nilaparvata lugens Stal) tergolong dalam ordo Homoptera famili Delphacidae. Seluruh tubuhnya berwarna coklat kekuningan sampai coklat tua, berbintik coklat gelap pada pertemuan sayap depannya. Panjang badan serangga jantan rata-rata 2-3 mm dan serangga betina 3-4 mm. Inang utama wereng coklat adalah tanaman padi.Telur wereng coklat berwarna putih, berbentuk seperti buah pisang, berukuran 1,30 mm x 0,33 mm dan biasanya diletakkan berkelompok di dalam jaringan pelepahdaun tanaman padi. Namun telur wereng coklat kadang-kadang dapat ditemukan pada helai daun. Telur menetas setelah 7-10 hari.Wereng coklat yang baru menetas sebelum menjadi dewasa melewati 5 tahap pertumbuhan nimfa (instar) yang dibedakan menurut ukuran tubuh dan bentuk bakal sayapnya. Serangga muda itu disebut nimfa.
Periode nimfa berkisar antara 12-15 hari. Hal penting yang perlu diperhatikan yaitu periode telur lebih dari separuh periode nimfa. Oleh karena telur wereng coklat diletakkan dalam jaringan pelepah daun, maka telur tidak dipengaruhi oleh aplikasi insektisida.
Menurut ukuran sayapnya wereng coklat dewasa terdiri dari dua bentuk, yaitu bentuk bersayap panjang (makroptera) dan bentuk bersayap pendek (Brakhiptera). Pemunculan kedua bentuk tersebut antara lain dipengaruhi oleh kepadatan populasi.
Bentuk makroptera dapat terbang sehingga merupakan bagian populasi yang berfungsi untuk menemukan tempat hidup baru. Perpindahan wereng coklat jarak jauh dapat terjadi dengan bantuan angin.
Beberapa hari setelah kawin wereng coklat betina mulai bertelur, puluhan butir telur sehari. Selama hidupnya, seekor wereng coklat betina di Laboratorium dapat menghasilkan telur sampai 1000 butir. Tetapi karena adanya pengaruh lingkungan, kemampuan bertelur di lapangan hanya mencapai 100-600 butir. Lama hidup makroptera migran kurang dari 5 hari dan masa hidup Brakhiptera betina berkisar antara 5-9 hari. Di daerah tropis, satu generasi wereng coklat berlangsung sekitar satu bulan.
Dinamika Populasi
Populasi wereng coklat yang berkembang di sawah dimulai oleh wereng coklat migran pada awal fase pembentukan anakan padi. Setelah menetap, wereng coklat berkembangbiak secara eksponential untuk satu atau dua generasi pada tanaman padi vase vegetatif, tergantung pada saat imigrasinya. Apabila imigrasi terjadi pada umur 2 atau 3 minggu setelah tanam, maka wereng coklat dapat berkembang biak
sebanyak dua generasi. Puncak populasi nimfa generasi pertama (G1) dan kedua (G2) berturut-turut muncul pada umur 5-6 minggu setelah tanam dan 10-11 minggu setelah tanam. Apabila imigrasi terjadi setelah tanaman berumur 5-6 minggu setelah tanam, puncak generasi nimfa hanya dijumpai satu kali, yaitu pada umur 9-10 minggu setelah tanam. Pada keadaan lain kepadatan populasi tertinggi terjadi pada fase pembungaan tanaman padi yaitu pada umur 9-11 minggu setelah tanam.Apabila kepadatan populasi mencapai 300-500 ekor per rumpun, tanaman akan segera mati kering (hopperburn). Kecenderungan umum dinamika populasi wereng coklat selama satu musim tanam Wereng coklat dewasa yang muncul pada saat tanaman berumur 7 minggu setelah
tanam umumnya berbentuk brakhiptera. Pada tanaman fase generatif wereng coklat yang muncul umumnya berbentuk makroptera yang kemudian pindah dari pertanaman tersebut. Akibatnya populasi wereng coklat pada tiap rumpun berkurang dengan cepat selama fase pemasakan tanaman padi.
Musuh Alami
Di daerah tropis, peranan musuh alami dalam mengendalikan populasi wereng coklat sangat besar. Diantaranya musuh alami tes adalah predator Lycosa sp yang setiap hari mampu memangsa 10-20 ekor wereng coklat dewasa atau 15-20 nimfa
sehingga dianggap sebagai predator utama wereng coklat. Mikrovelia dauglasi yang banyak terdapat pada permukaan air sawah, memangsa nimfa yang jatuh dari tanaman. Kepik Cyrtorhinus lividipennis merupakan predator utama yang memangsa telur dan nimfa. Selain itu terdapat beberapa parasit yaitu
antara lain kelompok Mymaridae ,Trichogrammatidae ,Dryinidae , dan Elenchidae.
Kerusakan
Serangga dewasa dan nimfa biasanya menetap di bagian pangkal tanaman padi dan mengisap pelepah daun. Wereng coklat menusukkan stiletnya ke dalam ikata pembuluh vaskuler tanaman inang dan mengisap cairan tanaman dari jaringan floem. Nimfa instar ke empat dan kelima menghisap cairan tanaman lebih banyak daripada instar pertama, kedua dan ketiga. Wereng coklat betina mengisap cairan lebih banyak daripada yang jantan. Kerusakan khas akibat isapan wereng coklat adalah kering bagaikan terbakar yang dikenal dengan Hopperburn. Gejala awal yang timbul adalah menguningnya helaian daun yang paling tua dan makin banyaknya jamur jelaga karena banyaknya embun madu yang dikeluarkan wereng coklat.Perubahan warna berlangsung terus meliputi semua bagian tanaman, dan akhirnya
seluruh tanaman mengering berwarna coklat.Hopperburn biasanya terjadi pada fase setelah pembentukan malai. Kehilangan hasil akibat serangan wereng coklat berkisar antara 10-90 persen, tergantung pada tingkat kerusakan tanaman yang terserang.
Penyakit yang ditularkan oleh Wereng Coklat
Wereng coklat dapat menularkan dua macam penyakit virus padi, yaitu Penyakit Kerdil Rumput (Grassy Stunt) dan Kerdil Hampa (Ragged Stunt). Penyakit virus ini terutama penyakit kerdil rumput, biasanya terjadi secara epidemik setelah eksploitasi wereng coklat.Tanaman padi yang terserang penyakit kerdil rumput pertumbuhannya sangat terhambat, sehingga menjadi kerdil dan mempunyai anakan banyak. Daunnya menjadi sempit, pendek, berwarna kuning pucak dan berbintik-bintik coklat tua.Serangan virus kerdil hampa menyababkan tanaman menjadi agak kerdil, daun hijau tua, terpilin, pendek, kaku, sobek-sobek, berpuru, anakan bercabang dan malainya tidak muncul serta hampa.Kedual penyakit virus diatas bersifat persisten. Penularan melalui telur (transovarial) atau keturunan wereng coklat tidak terjadi. Hubungan antara vektor (wereng coklat)
dan virus.
Pengendalian Hama Terpadu Wereng Coklat
Khusus dalam pengendalian hama wereng coklat dan penyakit-penyakit virus yang ditularkan, akan dilaksanakan empat cara pengendalian utama yaitu pengaturan pola tanam, penanaman varietas unggul tahan wereng (VUTW), eradikasi
dan sanitasi, dan penggunaan Insektisida secara bijaksana. Keempat cara terdapat harus dipadukan dalam suatu kesatuan program yang dilaksanakan secara mantap, menyeluruh dan berkesinambungan. Untuk melaksanakan sistem pengendalian terpadu tersebut, diperlukan berbagai langkah-langkah terkoordinasi antara berbagai instansi yang bersangkutan.
Pengaturan Pola Tanam
Cara-cara pengaturan pola tanam yang dapat diterapkan dalam pengendalian hama
wereng coklat dan penyakit virus yang ditularkannya adalah tanam serentak,
pergiliran tanaman, dan pergiliran varietas tahan.
Tanam Serempak
Dengan tanam serentak diharapkan tidak terjadi tumpang tindih generasi hama
sehingga populasi wereng coklat tidak mempunyai kemampuan untuk
berkembangbiak, terus menerus, memudahkan pengamatan dan apabila diperlukan
memudahkan penentuan saat aplikasi insektisida dan lebih menjamin efektivitas
aplikasi insektisida. Dengan demikian aplikasi insektisida tidak perlu diulang-ulang.
Tanam serentak dapat membantu memutuskan tersedianya makanan hama karena
adanya periode tidak ada tanaman (Bera) pada saat pengolahan tanah diantaranya
dia periode tanam, sehingga populasi wereng coklat dapat ditekan.
Tanam serentak hendaknya dilakukan pada areal yang cukup luas sekurangkurangnya
meliputi satu petak tersier atau wilkel dengan selisih waktu tanam paling lama dua minggu dan selisih waktu panen paling lama empat minggu. Untuk itu
varietas padi yang ditanam harus yang berumur relatif sama.
Cara ini perlu ditunjang dengan ketersediaan tenaga kerja yang cukup pada saat
pengolahan tanah dan panen, pengaturan air yang ketat dan dipatuhi oleh petani,
serta pengaturan kebijaksanaan harga pada saat panen serentak.
Pergiliran Tanaman
Hama wereng coklat tidak mempunyai inang lain selain padi. Penanaman monokultur
padi secara terus menerus menyebabkan tersedianya tanaman inang sepanjang
tahun yang memungkinkan berkembangnya populasi wereng coklat. Oleh karena itu,
usaha untuk memutus ketersediaan makanan mutlak diperlukan. Usaha tersebut
antara lain dengan cara menerapkan pergiliran tanaman, yaitu sekurang-kurangnya
satu kali menanam non padi atau dibiarkan bera selama satu sampai dua bulan
setiap tahun.
Pergiliran Varietas Tahan
Bagi daerah-daearah berpola tanam padi sepanjang tahun karena berbagai alasan
seperti drainase, sosial ekonomi, dan lain-lain, hendaknya dilakukan pergiliran
varietas tahan untuk menekan dan menghambat perkembangan biotipe baru.
Varietas yang digilir harus dari kelompok varietas yang memiliki gen tahan (tetua
tahan)
Cara ini perlu ditunjang dengan pengelolaan penyediaan benih yang terprogram
denga baik untuk menjamin ketepatan jenis, mutu, jumlah, waktu, tempat dan
harga, oleh karena itu, perusahaan-perusahaan benih, penangkar-penangkar benih
dan ikatan penangkar benih harus benar-benar memahami akan pentingnya
penyediaan benih dalam usaha pengendalian hama terpadu wereng coklat.
Penanaman Varietas Unggul Tahan Wereng (VUTW)
Di daerah tropis, penanaman varietas tahan mempunyai peranan yang penting
dalam pengendalian hama wereng coklat. Namun demikian, pengendalian wereng
dengan mengandalkan pada penanaman varietas tahan masih mengandung resiko,
karena ketahanan genetik varietas tahan dapat dipatahkan oleh adanya
perkembangan biotipe wereng coklat. Oleh karena itu wereng coklat memiliki potensi reproduksi yang tinggi, siklus hidup yang pendek dan sifat monophagus, maka akan
mendorong terjadinya biotipe yang lebih ganas (biotipe virulen) terhadap varietas
tahan monogenik yang ditanam secara monokultur terus menerus. Dengan
demikian, berarti daya tahan varietas tergantung sepenuhnya pada perkembangan
biotipe virulen.
Di Indonesia penanaman varietas tahan dilakukan secara meluas guna
menanggulangi masalah wereng coklat. Varietas tahan dapat digunakan tanpa
penambahan masukan oleh petani, serta dapat digabungkan dengan cara
pengendalian biologi misalnya pemanfaatan musuh-musuh alami (predator dan
parasitoid). Agar penggunaan varietas tahan dapat tahan lama dan efektif
penggunaannya perlu diintegrasikan dengan komponen pengendalian yang lain,
seperti pengaturan pola tanam, pergiliran varietas, sistem pengamatan yang intensif
dan penggunaan insektisida secara intensif.
Beberapa pendekatan praktis di lapangan yang disarankan agar penggunaan varietas
tahan dipertahankan selama mungkin adalah mencegah penanaman varietas tahan
monogenik secara monokultur terus menerus, menganjurkan pergiliran varietas
thana, dan menanam varietas-varietas yang telah menunjukkan ketahanan cukup
lama di lapang (misalnya PB36).
Pemilihan suatu varietas tahan yang dianjurkan tergantung terutama pada biotipe
wereng coklat yang menyerang, potensi produksi, mutu dan selera setempat
terhadap varietas yang dipilih, dengan tetap memperhatikan saran tersebut diatas.
Varietas-varietas yang dicantumkan di dalam tabel tersebut baru sebagian saja dari
varietas padi yang tersedia. Apabila di suatu daerah tersedia varietas lain yang
terbukti tahan terhadap wereng coklat biotipe setempat, maka varietas tersebut
dapat digunakan untuk melengkapi rekomendasi.
Eradikasi dan Sanitasi
Eradikasi dan sanitasi dilakukan dengan tujuan menghilangkan sumber serangan.Pada daerah serangan wereng coklat yang bukan merupakan daerah serangan virus kerdil rumput dan kerdil hampa, eradikasi dan atau sanitasi dilakukan pada tanaman padi yang puso (intensitas serangannya > = 85%). Pada daerah serangan berat,eradikasi hendaknya diikuti dengan pemberaan lahan selama satu sampai dua bulan atau penanaman tanaman non padi.Pada daerah serangan hama wereng coklat yang juga merupakan daerah serangan virus maka eradikasi dan sanitasi dilakukan pada tanaman terserang sebagai berikut:
a) sanitasi atau eradikasi selektif terhadap pertanaman padi pada stadia vegetatif yang terserang virus dengan intensitas <50% atau terhadap pertanaman padi pada stadia generatif yang terserang virus dengan intensitas =50% atau terhadap pertanaman padi stadia generatif yang terserang virus dengan intensitas >=85%
Penggunaan Insektisida
Pengendalian dengan insektisida dilakukan apabila cara pengendalian lain kurang efektif sehingga populasi hama verada diatas ambang ekonomi.Pemilihan jenis dan cara aplikasi insektisida hendaknya diusahakan sedemikian rupa sehingga usaha pengendalian menjadi efektif, efisien dan aman bagi lingkungan, khususnya terhadap predator hama wereng coklat. Hendaknya dihindarkan pemilihan insektisida yang menimbulkan resurgensi.
Insektisida tidak perlu digunakan pada varietas tahan kecuali kalau ketahanannya patah. Penggunaan pestisida pada varietas rentan hendaknya disesuaikan dengan hasil pengamatan. Aplikasi insektisida seyogyanya dilakukan pada saat populasi wereng coklat dalam stadium nimfa. Hendaknya dihindari aplikasi pestisida pada stadium telur karena telur-telur yang diletakkan pada jaringan tanaman tidak dapat terjangkau oleh insektisida sehingga tetap hidup dan dalam keadaan tekanan musuh alami yang rendah, populasi wereng coklat akan cepat meningkat kembali.Karena wereng coklat tinggal pada bagian pangkal tanaman padi, maka aplikasi insektisida dengan cara penyemprotan harus diarahkan pada bagian pangkal tanaman padi.Jenis insektisida yang dianjurkan dalam pengendalian wereng coklat adalah Applaud 10 WP serta insektisida yang berbahan aktif MIPC (seperti Mipcin 50 WP) dan BPMC (Hopcin 50 EC, Bassa 50 EC, Baycarb 500 EC, Dharmabas 50 EC dan Kiltop 50 EC) Applaud 10 WP adalah insektisida yang dapat mengganggu dan menghambat pertumbuhan hama wereng coklat sehingga gagal dalam proses ganti kulit dan mati 3-7 hari kemudian.
Telur wereng coklat bila terkena langsung insektisida ini tidak dapat menetas,sedang betina bunting yang terkena langsung akan menghasilkan telur yang juga
tidak menetas.Sebaliknya insektisida ini tidak mematikan musuh alami (predator) wereng coklat dan memiliki efek residu yang relatif lama (20-30 hari).Insektisida-insektisida lain yang tersebut diatas adalah dari golongan senyawa Carbamat yang efektif untuk mengendalikan serangga dewasa dan nimfa wereng coklat dan memiliki efek residu kurang lebih 14 hari.Aplikasi insektisida harus diusahakan pada waktu, cara dan dosis yang tepat.Apabila dijumpai populasi wereng coklat di persemaian atau pertanaman muda dengan populasi yang tinggi melebihi kebiasaan terutama di daerah pertanaman varietas rentan, maka dapat diramalkan akan terjadi peningkatan serangan werengcoklat bahkan dapat terjadi eksplosi. Keadaan tersebut bila meliputi areal yang luas dan hasil pengamatan menunjukkan perlu tindakan pengendalian maka perlu tindakan pengendalian secara serentak meliputi seluruh areal tersebut sebelum nimfa generasi pertama mencapai puncak populasinya. Pada keadaan tersebut insektisida yang sesuai digunakan adalah Applaud 10 WP yang mempunyai efek mematikan telur dan nimfa, residu yang lama dan tidak menimbulkan resurgensi.
Pengendalian wereng coklat menggunakan insektisida pada akhir stadium pembungaan, cukup dilakukan oleh petani secara perorangan. Pada saat itu, insektisida yang sesuai digunakan adalah yang dapat mematikan wereng coklat dengan cepat, yaitu insektisida carbamat seperti tersebut diatas. Dalam keadaan ini, wereng coklat tidak mempunyai kemungkinan timbul resurgensi karena tanaman padi telah memasuki stadium pemasakan.
Penyakit
Gambar 7.Penyakit Pada Padi
a) Bercak daun coklat
Penyebab: jamur Helmintosporium oryzae).
Gejala: menyerang pelepah, malai, buah yang baru tumbuh dan bibit yang baru berkecambah. Biji berbercak-bercak coklat tetapi tetap berisi, padi dewasa busuk kering, biji kecambah busuk dan kecambah mati.
Pengendalian: (1) merendam benih di dalam air panas, pemupukan berimbang, menanam padi tahan penyakit ini, menaburkan serbuk air raksa dan bubuk kapur (2:15); (2) dengan insektisida Rabcide 50 WP.
b) Blast
Penyebab: jamur Pyricularia oryzae.
Gejala: menyerang daun, buku pada malai dan ujung tangkai malai. Serangan menyebabakn daun, gelang buku, tangkai malai dan cabang di dekat pangkal malai membusuk. Proses pemasakan makanan terhambat dan butiran padi menjadi hampa. Pengendalian: (1) membakar sisa jerami, menggenangi sawah, menanam varitas unggul Sentani, Cimandirim IR 48, IR 36, pemberian pupuk N di saaat pertengahan fase vegetative dan fase pembentukan bulir; (2) menyemprotkan insektisida Fujiwan 400 EC, Fongorene 50 WP, Kasumin 20 AS atau Rabcide 50 WP.
c) Penyakit garis coklat daun
Penyebab: jamur Cercospora oryzae.
Gejala: menyerang daun dan pelepah.Tampak gari-garis atau bercak-bercak sempit memanjang berwarna coklat sepanjang 2-10 mm. Proses pembungaan dan pengisian biji terhambat.
Pengendalian: (1) menanam padi tahan penyakit ini seperti Citarum, mencelupkan benih ke dalam larutan merkuri; (2) menyemprotkan fungisida Benlate T 20/20 WP atau Delsene MX 200.
d) Busuk pelepah daun
Penyebab: jamur Rhizoctonia sp.
Gejala: menyerang daun dan pelepah daun, gejala terlihat pada tanaman yang telah membentuk anakan dan menyebabkan jumlah dan mutu gabah menurun. Penyakit ini tidak terlalu merugikan secara ekonomi.
Pengendalian: (1) menanam padi tahan penyakit ini; (2) menyemprotkan fungisida pada saat pembentukan anakan seperti Monceren 25 WP dan Validacin 3 AS.
e) Penyakit fusarium
Penyebab: jamur Fusarium moniliforme.
Gejala: menyerang malai dan biji muda, malai dan biji menjadi kecoklatan hingga coklat ulat, daun terkulai, akar membusuk, tanaman padi. Kerusakan yang diderita tidak terlalu parah.
Pengendalian: merenggangkan jarak tanam, mencelupkan benih pada larutan
merkuri.
Gulma
Gulma yang tumbuh di antara tanaman padi adalah rumput-rumputan seperti umput teki (Cytorus rotundus) dan gulma berdaun lebar. Pengendalian dengan cara mekanis (mencabut, menyiangi), jarak tanam yang tepat dan penyemprotan herbisida Basagran 50 ML, Difenex 7G, DMA 6 dll.
PANEN
Gambar 8.Panen Padi
Ciri dan Umur Panen
Padi siap panen: 95 % butir sudah menguning (33-36 hari setelah berbunga), bagian bawah malai masih terdapat sedikit gabah hijau, kadar air gabah 21-26 %, butir hijau rendah.
Cara Panen
Keringkan sawah 7-10 hari sebelum panen, gunakan sabit tajam untuk memotong pangkal batang, simpan hasil panen di suatu wadah atau tempat yang dialasi. Panen dengan menggunakan mesin akan menghemat waktu, dengan alat Reaper binder, panen dapat dilakukan selama 15 jam untuk setiap hektar sedangkan dengan Reaper harvester panen hanya dilakukan selama 6 jam untuk 1 hektar.
Perkiraan Produksi
Dengan penanaman dan pemeliharaan yang intensif, diharapkan produksi mencapai 8-9 ton/ha. Saat ini hasil yang didapat hanya 5-6 ton/ha.
PASCAPANEN
a) Perontokan. Lakukan secepatnya setelah panen, gunakan cara diinjak-injak (±60 jam orang untuk 1 hektar), dihempas/dibanting (± 16 jam orang untuk 1 hektar) dilakukan dua kali di dua tempat terpisah. Dengan menggunakan mesin perontok, waktu dapat dihemat. Perontokan dengan perontok pedal mekanis hanya memerlukan 7,8 jam orang
untuk 1 hektar hasil panen.
b) Pembersihan. Bersihkan gabah dengan cara diayak/ditapi atau dengan blower manual. Kadar kotoran tidak boleh lebih dari 3 %.
c) Jemur gabah selama 3-4 hari selama 3 jam per hari sampai kadar airnya 14 %. Secara tradisional padi dijemur di halaman. Jika menggunakan mesin pengering, kebersihan gabah lebih terjamin daripada dijemur di halaman.
d) Penyimpanan. Gabah dimasukkan ke dalam karung bersih dan jauhkan dari beras karena dapat tertulari hama beras. Gabah siap dibawa ke tempat penggilingan beras (huller).
MANFAAT PADI
Gambar 9.Manfaat Padi
Bagian Yang Digunakan :
Selaput biji, biji, tangkai buah, dan. Selaput biji dijemur sampai kering.
Penyakit Yang Dapat Diobati :
Tidak napsu makan, gangguan pencernaan, beri-beri, kesemutan; Keguguran, demam, diare, gondongan, rematik, keseleo, bisul,; Radang payudara, radang kulit, rambut kotor, keringat berlebihan.
Kegunaan :
Selaput biji (Gu ya) berkhasiat untuk mengatasi:
- lambung dan limpa lemah,
- tidak nafsu makan, gangguan pencernaan, rasa penuh di dada dan
perut,
- beri-beri, serta
- tangan dan kaki rasa kesernutan, baal.
Tangkai buah (merang) berkhasiat untuk mengatasi:
- rambut kotor, dan
- keguguran.
Biji (beras) berkhasiat untuk mengatasi:
- demam,
- diare,
- gondongan,
- rematik, keselco,
- radang payudara, radang kulit, dan
- bisul.
Akar (No tao ken) berkhasiat untuk mengatasi:
- keringat berlebiban, berkeringat spontan, dan
- filariasis.
Cara Pemakaian :
Selaput biji (bekatul) sebanyak 10 – 15 g atau akar 15 – 20 g direbus, lalu airnya diminum. Untuk pemakaian luar, beras digiling halus bersama bahan lain, untuk pemakaian setempat. Merang dibakar,lalu tambahkan air. Campuran ini baik untuk mencuci rambut.
Contoh Pemakaian :
1. Diare
Segenggam beras merah disangrai sampai kuning, lalu digiling halus. Seduh dengan air panas sambil diaduk merata, sampai menjadi kuah kental. Ramuan yang disebut air tajin ini lalu ditambah sedikit garam. Setelah dingin siap untuk diminum. Lakukan 2 – 3 kali sehari.
2. Pencuci rambut
Sebanyak 2 ikat tangkai buah kering (merang) dimasukkan ke dalam panci atau bejana dari tanah liat. Kemudian merang dibakar sampai semuanya hangus menjadi abu. Tambahkan 1 liter air, lalu embunkan di udara terbuka semalaman. Ambil air yang bening untuk keramas. Selesai keramas, bilas dengan air perasan 1 buah jeruk purut yang telah masak dan diencerkan dengan 2 gelas air. Kemudian rambut dikeringkan dengan cara diangin-anginkan. Lakukan 3 kali dalam seminggu.
3. Gondongan :
Ambil sekepal nasi panas, urutkan pada bagian pipi yang bengkak.
4. Rematik :
Sediakan beras merah 1 sendok, lempuyang sepanjang 1/2 jari tangan, dan cabai rawit 3 buah. Semua bahan tersebut setelah dicuci bersih lalu ditumbuk sampai menjadi seperti bubur. Balurkan ke tempat yang sakit.
5. Mematangkan bisul : Untuk bisul yang besar dan keras dikompres dengan bubur nasi.
6. Beri-beri :
Siapkan bekatul beras merah sebanyak 3 sendok makan lalu seduh dengan 100 cc susu sapi sambil diaduk merata. Minum selagi hangat. Lakukan 2 kali sehari.
Komposisi :
Sifat Kimia dan Efek Farmakologis : Akar bersifat hangat dan manis. Selaput biji (kulit ari) bersifat manis, netral, serta masuk meridian limpa dan lambung.
Kandungan Kimia : Biji mengandung karbohidrat, dextrin, arabanoxylan, xylan, phytin, glutelin, enzim (phytase, lypase, diastase), dan vitamin B
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Wahid Rauf,Syamsuddin. T,Sri Rahayu Sihombing. 2000.Penanan Pupuk NPK Pada Tanaman Padi.Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Koya Barat.Irian Jaya
Anonimous.2009.Padi dan Manfaatnya.http:\\www.Rosehan Anwar Blog.htm
Diakses pada 20 Mei 2010
Rahayu,Teguh.Budidaya Tanaman Padi Dengan Teknologi MiG-6 PLUS BPP.
Salim,Muhammad. 2007. Peranan Saluran Irigasi Bendung Pesayangan Untuk Mencukupi Kebutuhan Tanaman Padi Petak Sawah di Kecamatan Talang Kabupaten Tegal.Universitas Negeri Semarang.Semarang.

Cara Budidaya Padi Sawah dan Darat. Dalam artikel kali ini akan di bahas bagaimana cara untuk budidaya tanaman padi yang merupakan makanan pokok dari bangsa Indonesia ini. dalam tulisan ini akan di jelaskan bagaimana cara agar tanaman padi yang di tanam akan menghasilkan produksi yang maksimal. Dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya, manusia berusaha, memenuhi kebutuhan primer yaitu makanan. Dalam sejarah hidup manusia dari tahun ketahun mengalami perubahan yang diikuti pula oleh perubahan kebutuhan bahan makanan pokok. Hal ini dibuktikan  dibeberapa daerah yang semula makanan pokoknya ketela, sagu, jagung akhimya beralih makan nasi. 

Nasi merupakan salah satu bahan makanan pokok yang mudah diolah, mudah disajikan, enak dan nilai energi yang terkandung didalamnya cukup tinggi sehingga berpengaruh besar terhadap kesehatan. 


SEJARAH TANAMAN PADI 
Padi termasuk genus Oryza L yang meliputi lebih kurang 25 spesies, tersebar didaerah tropik dan daerah sub tropik seperti Asia, Afrika, Amerika dan Australia. Menurut Chevalier dan Neguier padi berasal dari dua benua Oryza fatua Koenig dan Oryza sativa L berasal dari benua Asia, sedangkan jenis padi lainya yaitu Oryza stapfii Roschev dan Oryza glaberima Steund berasal dari Afrika barat. Padi yang ada sekarang ini merupakan persilangan antara Oryza officinalis dan Oryza sativa f spontania. Di Indonesia pada mulanya tanaman padi diusahakan didaerah tanah kering dengan sistim  ladang, akhirnya orang berusaha memantapkan basil usahanya dengan cara mengairi daerah yang curah hujannya kurang. Tanaman padi yang dapat tumbuh dengan baik didaerah tropis ialah Indica, sedangkan Japonica banyak diusakan didaerah sub tropika.  

ARTI PENTING DAN MANFAAT PADI BAGI KEHIDUPAN MANUSIA  
Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Meskipun padi dapat digantikan oleh makanan lainnya, namun padi memiliki nilai tersendiri bagi orang yang biasa makan nasi dan tidak dapat dengan mudah digantikan oleh bahan makanan yang lain. Padi adalah salah satu bahan makanan yang mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya terkandung bahan yang mudah diubah menjadi energi. Oleh karena itu padi disebut juga makanan energi. 

Menurut Collin Clark Papanek, nilai gizi yang diperlukan oleh setiap orang dewasa adalah 1821 calori yang apabila disetarakan dengan beras maka setiap hari diperlukan beras sebanyak 0,88 kg. Beras mengandung berbagai zat makanan antara lain: karbohidrat, protein, lemak, serat kasar, abu dan vitamin. 

Disamping itu beras mengandung beberapa unsur mineral antara lain: kalsium, magnesium, sodium, fosphor dan lain sebagainya.  

SYARAT TUMBUH 
Tanaman padi dapat hidup baik didaerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki per tahun sekitar 1500 -2000 mm. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi 23 °C. 

Tinggi tempat yang cocok untuk tanaman padi berkisar antara 0 -1500 m dpl. Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah yang kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dalam perbandingan tertentu dengan diperlukan air dalam jurnlah yang cukup. Padi dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang ketebalan lapisan atasnya antara 18 -22 cm dengan pH antara 4 -7. 

BERCOCOK TANAM PADI 
Padi dibudidayakan dengan tujuan mendapatkan hasil yang setinggi-tinginya dengan kualitas sebaik mungkin, untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan maka, tanaman yang akan ditanam harus sehat dan subur. Tanaman yang sehat ialah tanaman yang tidak terserang oleh hama dan penyakit, tidak mengalami defisiensi hara, baik unsur hara yang diperlukan dalam jumlah besar maupun dalam jumlah kecil. Sedangkan  tanaman subur ialah tanaman yang pertumbuhan clan perkembangannya tidak terhambat, entah oleh kondisi biji atau kondisi lingkungan. 

PADI SAWAH 
Teknik bercocok tanam yang baik sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan. Hal ini harus dimulai dari awal, yaitu sejak dilakukan persemaian sampai tanaman itu bisa  dipanen. Dalam proses pertumbuhan tanaman hingga berbuah ini harus dipelihara yang baik, terutama harus diusahakan agar tanaman terhindar dari serangan hama dan penyakit yang sering kali menurunkan produksi.  

1.  PERSEMAIAN 
Membuat persemaian merupakan langkah awal bertanam padi. Pembuatan persemaian memerlukan suatu persiapan yang sebaik-baiknya, sebab benih di persemaian ini akan menentukan pertumbuhan padi di sawah, oleh karena itu persemian harus benar-benar mendapat perhatian, agar harapan untuk mendapatkan bibit padi yang sehat dan subur dapat tercapai.  

a.   Penggunaan benih 
- Benih unggul 
- Bersertifikat 
- Kebutuhan benih 25 -30 kg / ha 

b. Persiapan lahan untuk persemaian 
- Tanah harus subur 
- Cahaya matahari 
- Pengairan 
- Pengawasan

c.   Pengolahan tanah calon persemaian 
- Persemaian kering 
- Persemaian basah 
- Persemaian sistem dapog 

Persemaian Kering 
Persemaian kering biasanya dilakukan pada tanah-tanah remah, banyak terdapat didaerah sawah tadah hujan. Persemaian tanah kering harus 
dilakukan dengan baik yaitu :  
-  Tanah dibersihkan dari rumput clan sisa -sisa jerami yang masih tertinggal, agar tidak mengganggu pertumbuhan bibit.  
-   Tanah dibajak atau dicangkul lebih dalam dari pada apa yang dilakukan pada persemaian basah, agar akar bibit bisa dapat memasuki tanah lebih dalam, sehingga dapat menyerap hara lebih banyak.  
-    Selanjutnya tanah digaru  Areal persemaian yang tanahnya sempit dapat dikerjakan dengan cangkul, yang pada dasarnya pengolahan tanah ini bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah, agar tanah menjadi gembur.

Ukuran bedengan persemaian :  
- Panjang bedengan : 500 -600 cm atau menurut kebutuhan, akan tetapi  
perlu diupayakan agar bedengan tersebut tidak terlalu panjag 
-  Lebar bedengan 100 -150 cm 
- Tinggi bedengan  20 -30 cm  
Diantara kedua bedengan yang berdekatan selokan, dengan ukuran lebar 
30-40 cm. Pembuatan selokan ini dimaksud untuk mempermudah :  
-  Penaburan benih dan pencabutan bibit  
-  Pemeliharaan bibit dipersemaian meliputi : 
¬ Penyiangan 
¬ Pengairan 
¬ Pemupukan 
¬ Pemberantasan hama dan penyakit 
Persemaian diupayakan lebih dari 1/25 luas sawah yang akan ditanami, penggunaan benih pada persemaian kering lebih banyak dari persemaian basah. 

Persemaian Basah 
Perbedaan antara persemaian kering dan basah terletak pada penggunaan air. Persemaian  basah, sejak awal  pengolahan tanah telah membutuhkan genangan air. Fungsi genangan air :  
- Air akan melunakan tanah  
- Air dapat mematikan tanaman pengganggu ( rumput )  
- Air dapat dipergunakan untuk memberantas serangga pernsak bibit  

Tanah yang telah cukup memperoleh genangan air akan menjadi lunak, tanah yang sudah lunak ini diolah dengan bajak dan garu masing-masing 2 kali. Namun sebelum pengolahan tanah harus dilakukan perbaikan pematang terlebih dahulu, kemudian petak sawah dibagi menurut keperluan. Luas persemaian yang digunakan 1/20 dari areal pertanaman yang akan ditanami. 

Sistem Dapog 
Di Filipina telah dikenal cara  penyemaian dengan sistem dapog, sistem tersebut di Kabupaten Bantul telah  dipraktekan di Desa Pendowoharjo, Sewon. 
Cara penyemaian dengan sistem dapog : 
-  Persiapan persemaian seperti pada persemaian basah  
-  Petak yang akan ditebari benih ditutup dengan daun pisang  
-  Kemudian benih ditebarkan diatas daun pisang, sehingga pertumbuhan   benih dapat menyerap makanan dari putik lembaga 
-  Setiap hari daun pisang ditekan sedikit demi sedikit kebawah  
-  Air dimasukan sedikit demi sedikit hingga cukup sampai hari ke 4  
-  Pada umur 10 hari daun pisang digulung dan dipindahkan  kepersemaian yang baru atau tempat penanaman disawah 

d.   Penaburan benih  
Perlakuan sebagai upaya persiapan Benih terlebih dahulu direndam dalam air dengan maksud :  
- Seleksi terhadap benih yang kurang baik, terapung, melayang harus dibuang 
-  Agar terjadi proses tisiologis  
Proses tisiologis berarti terjadinya perubahan didalam benih yang akhimya benih cepat berkecambah. Terserap atau masuknya air kedalam benih akan mempercepat proses tisiologis 

Lama perendaman benih  
Benih direndam dalam air selama 24 jam, kemudian diperam  ( sebelumnya ditiriskan atau dietus ) 

Lamanya pemeraman  
Benih diperam selama 48 jam, agar didalam pemeraman tersebut benih berkecambah.  

Pelaksanaan menebar benih  
Hal- hal yang hams diperhatikan dalam menebar benih adalah :  
- Benih telah berkecambah dengan panjang kurang lebih 1 mm 
- Benih tersebar rata  
- Kerapatan benih harus sama 

e.   Pemeliharaan persemaian 
1)  Pengairan  
Pada pesemaian secara kering 
Pengairan pada pesemaian kering dilakukan dengan cara mengalirkan air keselokan yang berada diantara bedengan, agar terjadi perembesan sehingga pertumbuhan tanaman dapat berlangsung, meskipun dalam hal ini sering kali ditumbuhi oleh tumbuhan pengganggu atau rumput. Air berperan menghambat atau bahkan menghentikan pertumbuhan tanaman  pengganggu / rumput. Perlu diketahui bahwa banyaknya air  dan kedalamanya merupakan faktor yang memperngaruhi perkembangan semai, terutama pada pesemaian yang dilakukan secara basah.  

Pada pesemaian basah 
Pengairan pada pesemaian basah dilakukan dengan cara sebagai berikut : 
-  Bedengan digenangi air selama 24 jam 
-  Setelah genagan itu berlangsung  selama 24 jam, kemudian air 
dikurang hingga keadakan macak-macak (nyemek-nyemek), kemudian benih mulai bisa disebar Pengurangan air pada pesemaian hingga keadaan air menjadi macakmacak ini, dimaksudkan agar benih  yang disebar dapat merata dan mudah melekat ditanah sehingga akar mudah masuk kedalam tanah.  
-    Benih tidak busuk akibat genagan air  
-  Memudahkan benih bernafas / mengambil oksigen langsung dari udara, sehingga proses perkecambahan lebih cepat 
-    Benih mendapat sinar matahari secara langsung  

Agar benih dalam bedengan tidak hanyut, maka air harus diatur sesuai dengan keadaan, misalnya : bila akan terjadi hujan maka bedengan perlu digenangi air, agar benih tidak hanyut. Penggenangan air dilakukan lagi pada saat menjelang pemindahan bibit dari pesemaian kelahan pertanaman, untuk memudahkan pencabutan. 

2)  Pemupukan dipersemaian 
Biasanya unsur hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah besar ialah unsur hara makro. Sedangkan pupuk buatan / anorganik seperti Urea, TSP dll diberikan menjelang  penyebaran benih dipesemaian, bila perlu diberi zat pengatur tumbuh. Pemberian zat pengatur tumbuh pada benih dilakukan menjelang benih disebar.  

2.   PERSIAPAN DAN PENGOLAHAN TANAH SAWAH 
Pengolahan tanah bertujuan mengubah keadaan tanah pertanian dengan alat tertentu hingga memperoleh susunan tanah ( struktur tanah ) yang dikehendaki oleh tanaman. Pengolahan  tanah sawah terdiri dari beberapa tahap : 
a. Pembersihan  
b. Pencangkulan  
c. Pembajakan  
d. Penggaruan  
a.   Pembersihan  - Selokan-selokan perlu dibersihkan 
- Jerami yang ada perlu dibabat untuk pembuatan kompos  
b.   Pencangkulan 
Perbaikan pematang dan petak sawah yang sukar dibajak 
c. Membajak  
-  Memecah tanah menjadi bongkahan-bongkahan tanah  
- Membalikkan tanah beserta tumbuhan rumput ( jerami ) sehingga akhirnya membusuk.  
-  Proses pembusukan dengan bantuan mikro organisme yang ada dalam tanah  
d.  Menggaru  
-  Meratakan dan menghancurkan gumpalan-gumpalan tanah 
-  Pada saat menggaru sebaiknya sawah dalam keaadan basah  
- Selama digaru saluran pemasukan dan pengeluaran air ditutup agar lumpur tidak hanyut terbawa air keluar  
-  Penggaruan yang dilakukan berulang kali akan memberikan keuntungan ¾ Permukaan tanah menjadi rata  ¾ Air yang merembes kebawah menjadi berkurang 
-Sisa tanaman atau rumput akan terbenam  ¾ Penanaman menjadi mudah  ¾ Meratakan pembagian pupuk dan pupuk terbenam  

3.  PENANAMAN 
Dalam penanaman bibit padi, harus diperhatikan sebelumnya adalah : 
a.  Persiapan lahan 
b.  Umur bibit  
c.  Tahap penanaman  
a.   Persiapan lahan 
Tanah yang sudah diolah dengan cara yang baik, akhirnya siap untuk ditanami bibit padi.  
b.  Umur bibit  
Bila umur bibit sudah cukup sesuai dengan jenis padi, bib it tersebut segera dapat dipindahkan dengan cara mencabut bibit 
c.  Tahap penanaman  
Tahap penanaman dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu 
1.  Memindahkan bibit 
2.  Menanam 

1)  Memindahkan bibit  Bibit dipesemaian yang telah berumum 17-25 hari ( tergantung jenis padinya, genjah / dalam ) dapat segera dipindahkan kelahan yang telah disiapkan.  
Syarat -syarat bibit yang siap dipindahkan ke sawah : 
- Bibit telah berumur 17 -25 hari 
- Bibit berdaun 5 -7 helai  
- Batang bagian bawah besar, dan kuat 
-  Pertumbuhan bibit seragam ( pada jenis padi yang sama) 
-  Bibit tidak terserang hama dan penyakit  Bibit yang berumur lebih dari 25 hari kurang baik, bahkan mungkin telah ada yang mempunyai anakan. 

2)  Menanam 
Dalam menanam bibit padi, hal- hal yang harus diperhatikan adalah :  
a. Sistim larikan ( cara tanam )  
b. Jarak tanam  
c.  Hubungan tanaman  
d. Jumlah tanaman tiap lobang  
e. Kedalam menanam bibit  
f.  Cara menanam 
a)  Sistim larikan ( cara tanam )  
-  Akan kelihatan rapi  
-  Memudahkan pemeliharaan terutama dalam  penyiangan  
-  Pemupukan, pengendalian hama dan penyakit akan lebih baik dan cepat  
-  Dan perlakuan-perlakuan lainnya  
-  Kebutuhan bibit / pemakaian benih bisa diketahui  dengan mudah  
   
b)  Jarak tanam  
Faktor yang ikut menentukan jarak tanam pada tanaman padi, tergantung pada : 
- .Jenis tanaman  
-  Kesuburan tanah  
-  Ketinggian tempat / musim 
-  Jenis tanaman  
Jenis padi tertentu dapat menghasilkan banyak anakan. Jumlah anakan yang banyak memerlukan jarak tanam yang lebih besar, sebaliknya jenis padi yang memiliki jumlah anakan sedikit memerlukan jarak tanam yang lebih sempit.  
-  Kesuburan tanah 
Penyerapan hara oleh akar tanaman padi akan mempengaruhi penentuan jarak tanam, sebab perkembangan akar atau tanaman itu sendiri pada tanah yang subur lebih baik daTi  pada perkembangan akar / tanaman pada tanah yang kurang subur. Oleh karena itu jarak tanam yang dibutuhkan pada tanah yang suburpun akan lebih lebar daTi pada jarak tanam padah tanah yang jurang subur.  
-  Ketinggian tempat.  
Daerah yang mempunyai ketinggian tertentu seperti daerah pegunungan akan memerlikan jarakn tanam yang lebih rapat dari pada jarak  tanam didataran rendah, hal ini berhubungan erat dengan penyediaan air. Tanaman padi varietas unggul memerlukan jarak tanam 20 x 20 cm pada musim kemarau, dan 25 x 25 cm pada musim hujan. 
c)  Hubungan tanaman  
Hubungan tanaman berkaitan dengan jarak tanam. 
Hubungan tanaman yang sering diterapkan ialah :  
- Hubungan tanaman bujur sangkar ( segi empat ) 
- Hubungan tanaman empat persegi panjang. 
-  Hubungan tanaman 2 baris.  
d)  Jumlah tanaman ( bibit ) tiap lobang.  
Bibit tanaman yang baik sangat menentukan penggunaannya pada setiap lubang. Pemakian bibit tiap lubang antara 2 -3 batang  
e)  Kedalaman penanaman bibit  
Bibit yang ditanam terlalu dalam / dangkal menyebabkan pertumbuhan tanaman kurang baik, kedalam tanaman yang baik 3 -4 cm.  
f)  Cara menanam  
Penanaman bibit padi diawali dengan menggaris tanah / menggunakan tali pengukur untuk menentukan jarak tanam. Setelah pengukuran jarak tanam selesai dilakukan penanaman padi secara serentak.  

4    PEMELIHARAAN 
Meliputi :  
a. Penyulaman dan penyiangan 
b. Pengairan  
c. Pemupukan 
a.   Penyulaman dan penyiangan.  
Yang harus diperhatikan dalam penyulaman :  
-  Bibit yang digunakan harus jenis yang sama 
-  Bibit yang digunakan merupakan sisa bibit yang terdahulu 
-  Penyulaman tidak boleh melampoi 10 hari setelah tanam.  
-  Selain tanaman pokok ( tanaman pengganggu ) supaya dihilangkan.  
b.  Pengairan  
Pengairan disawah dapat dibedakan :  
-  Pengairan secara terns menerus  
-  Pengairan secara piriodik  
c.  Pemupukan  
Tujuannya adalah untuk mencukupi kebutuhan makanan yang berperan sangat penting bagi tanaman baik dalam proses pertumbuhan / produksi, pupuk yang sering digunakan oleh petani berupa : 
-  Pupuk alam ( organik )  
-  Pupuk buatan ( an organik )  
Dosis pupuk yang digunakan :  
-  Pupuk Urea 250 -300 kg / ha 
-  Pupuk SP 36 75 -100 kg / ha 
-  Pupuk KCI 50 -100 kg / ha  
-  Atau disesuaikan dengan analisa tanah  

Demikian informasi tentang budidaya tanaman padi semoga membantu informasi yang anda butuhkan untuk bertanam padi.





No comments:

Post a Comment