BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Perbanyakan secara vegetatif adalah cara perkembangbiakan tanaman dengan menggunakan bagian tanaman seperti batang, cabang, ranting, pucuk daun, umbi, dan akar. Pembiakan secara tak kawin atau aseksual merupakan dasar dari pembiakan vegetatif. Tanaman dapat membentuk kembali jaringan-jaringan dan bagian-bagian lain, dimana pada beberapa tanaman pembiakan vegetatif merupakan prose alami yang sempurna atau merupakan proses dari buatan manusia
Pembiakan vegetatif ini pada dasarnya memiliki prinsip, yaitu merangsang tunas adventif yang ada pada bagian-bagian tanaman yang akan di gunakan sebagai pembiakan vegetatif tersebut agar berkembang menjadi tenaman baru yang sempurna dimana memiliki akar, batang, dan daun. Pembiakan vegetatif ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu: stek, okulasi, penyambungan, dan cangkok. Penyetekan merupakan suatu perlakuan pemisahan, pemotongan beberapa bagian seperti akar, batang, daun, tunas dengan tujuan bagian-bagian dari tanaman ini dapat menghasilkan individu baru. Perbanyakan dengan stek biasanya dilakukan pada tanaman dikotil. Pada tanaman monokotil masih jarang, namun pada tanaman tertentu yang dapat terkontrol kondisinya dapat dilakukan.
Perbanyakan melalui stek tidak memerlukan proses atau cara yang rumit, dimana dengan perbanyakan tanaman stek ini memiliki keunggulan yaitu dapat menghasilkan baru dalam jumlah yang banyak walaupun bahan tanaman yang tersedia terbatas dan dapat menghasilkan tanaman yang sama sifatnya dengan induknya. Selain adanya keunggulan, perbanyakan tanaman secara stek terdapat juga kelemahan baik secara fisiologis maupun morfologi dalam pertumbuhan tanaman yaitu perbanyakan tanaman secara stek ini memiliki akar serabut yang dimana akar serabut pertumbuhan tanamannya rentan yaitu sangant mudah roboh pada keadaan ikim yang kurang mendukung seperti angin kencang, tanah selalu jenuh, sehingga perakarannya dangkal, membutuhkan tanaman induk yang lebih besar dan lebih banyak sehingga membutuhkan biaya yang banyak dan dalam perbanyakan tanaman secara stek tingkat keberhasilanya sangat rendah.
II. Tujuan Praktikum
Untuk Mengetahui cara pembiakan tanaman secara vegetative yaitu dengan tekhin stek.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Setek sebagai suatu perlakuan pemisahan, pemotongan beberapa bagian dari tanamn (akar, batang, daun, dan tunas) dengan tujuan agar bagian-bagian itu membentuk akar. Dengan dasar itu maka muncullah istilah setek akar, setek cabang, setek daun, setek umbi, dan sebagainya. Setek mempunyai kelebihan daripada cangkok. Cangkok memerlukan bantuan pohon induk untuk menumbuhkan akar-akarnya sampai mampu berdiri sendiri, tapi setek tidak demikian. Setek dengan kekuatannya sendiri, tapi setek tidak menumbuhkan akar dan daun sampai menjadi tanaman sempurna dan mampu menghasilkan bunga dan buah (Wudianto, 2002).
Setek dapat dibedakan menurut bagian tanaman yang diambil untuk bahan setek. Setek akar, misalnya pada jambu biji, cemara, albezzia dan aesculus. Setek batang, misalnya rhizome, tuber, softwood dan intermediate. Setek daun, misalnya sanzevera, begonia. Setek tunas, misalnya pada tanaman anggur (Tejasarwana, 2005).
Faktor penentu keberhasilan stek secara umum dikelompokkan menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari, ketersediaan air, cadangan makanan hormon endogen, umur tanaman dan jenis tanaman. Faktor eksternal terdiri dari: media perakaran, kelembaban udara, suhu, intensitas cahaya, teknik penyiapan stek (Supriyanto, 1996).
Peranyakan tanaman dengan cara setek merupakan perbanyakan tanaman dengan cara menanam bagian-bagian tertentu dari tanaman. Bagian tertentu itu bisa berupa pucuk tanaman, akar, atu cabang. Proses penyetekan tanaman itu sendiri cukup mudah. Kita tinggal memotong tanaman yang terpilih dengan menggunakan pisau yang tajam untuk menghasilkan potongan permukaan yang halus. Pemotongan stek bagian ujung sebaiknya berada beberapa milliliter dari mata tunas. Sedangkan pemotongan stek bagian pangkal harus meruncing. Ketika membuat potongan meruncing. Hendaknya kita usahakan potongan itu sedikit menyentuh again mata tunas, dengan demikian nantinya stek yang diharapkan akan berhasil ( Aak, 1991 ).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
I. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum pembiakan Vegetatif ilaksanakan pada tanggal sabtu 11 mei 2013, yang bertempat didepan program studi hotrikultura Fakultas Pertanian Universitas Mataram.
II. Alat dan bahan :
Ø Alat praktikum :
1. Pisau, silet, kater
2. Penggaris
3. Kertas label
4. Isolasi
5. Gelas pelastik
6. Kertas polibag
7. Alat tulis menulis
Ø Bahan praktikum :
1. Tanaman Zamia (
2. Tanaman puring ( Codiaeum variegatum )
3. Tanaman Begonia ( Begonia glabra Kuiz.Ex Pav )
4. Tanaman Geladiol (
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Pengamatan
A. Stek Batang
Tanaman Stek
Ulangan
Keterangan
Puring
1
Tunas tidak tumbuh
Begonia
1
Tunas Tidak tumbuh
2
3
Gladiol
1
Tunas Tidak Tumbuh
2
3
4
5
Zamia
1
Tunas Tidak Tumbuh
2
B. Stek Daun
Tanaman Stek
Ulangan
Keterangan
Zamia
1
Akar tidak Tumbuh
2
3
4
5
2. Pembahasan
Dari hasil pengamatan yang dilakukan terhadap beberapa tanaman yang di stek, yaitu tanaman puring, begonia, Gladiol, dan zamia, tidak ada tunas maupun akar yang tumbuh dari masing – masing tanaman ini. Kegagalan dalam praktikum ini dapat disebabkan oleh dua factor, yaitu factor dalam dan factor luar. Factor dalam meliputi :
a. Jenis Tanaman
Beberapa jenis pohon kehutanan dapat dibiakkan dengan metode stek, baik itu dengan stek akar, stek batang, stek pucuk ataupun stek daun, tetapi beberapa pohon justru tidak bisa dibiakkan dengan metode stek.
b. Bahan Stek
Bahan stek meliputi nutrisi yang terkandung dalam bahan stek, ketersediaan air, kandungan hormon endogen dalam jaringan stek, tipe bahan stek, kehadiran hama dan penyakit serta umur pohon induk dan umur bahan stek itu sendiri.
Sedangkan factor luar yang dapat menyebabkan kegagalan dalam kegiatan penyetekan adalah :
a. Suhu
Kisaran suhu yang baik untuk pembentukan perakaran adalah 21-270 C. Setiap jenis akan mempunyai suhu yang berbeda-beda dalam kisaran 21-270 C untuk merangsang pembentukan primordia masing-masing jenis.
b. Media Perakaran
Jenis media yang digunakan untuk media perakaran akan sangat mempengaruhi kemampuan stek untuk membentuk akar. Media perakaran memiliki fungsi yaitu untuk menahan bahan stek agar tetap berada dalam tempatnya, menyediakan dan menjaga kelembababan yang dibutuhkan oleh stek dan untuk membiarkan penetrasi udara ke bagian dasar dari stek (Mahlstede dan Haber, 1957).
Media yang sering digunakan untuk stek antara lain dapat terdiri dari atau campuran dari tanah, pasir, gambut, sphagnum, vermiculite dan perlite. Perbedaan macam media terhadap pembentukan akar tidak nyata selama media dapat memenuhi syarat-syarat pembentukan akar (Rochiman dan Harjadi, 1973).
Selain jenis media, temperatur media juga mempunyai pengaruh dalam pembentukan akar. Menurut Rochiman dan Harjadi (1973), temperatur udara yang optimum untuk pembentukan akar berbeda-beda menurut jenis tanaman. Tetapi pada kebanyakan tanaman, temperatur udara optimum berkisar antara 290C, sedangkan temperatur media perakaran sebaiknya berkisar sekitar 240C, karena pada temperatur ini pembagian sel pada daerah perakaran akan distimulir. Media stek harus selalu dijaga kelembabannya. Stek yang ditanam dalam wadah, tingkat kelembaban medianya bisa dilihat dari titik-titik air yang menempel pada plastik atau kaca penutupnya. Tidak adanya air pada tempat itu menandakan bahwa media telah kering. Cara mengatasinya dengan menyirami media
c. Kelembaban udara
Kelembaban udara pada bahan stek sebaiknya di atas 90% terutama sebelum stek mampu membentuk akar karena kelembaban yang tinggi akan menghambat laju evapotranspirasi stek, mencegah stek dari kekeringan dan kematian. Tetapi kelembaban stek dan lingkungannya sebaiknya jangan juga terlalu tinggi, karena apabila media yang digunakan kurang steril, kelembaban yang terlalu tinggi justru akan memacu perkembangan mikroba penggangu yang dapat menyebabkan kegagalan stek.
Kelembaban udara termasuk salah satu faktor penting yang mempengaruhi stek sebelum berakar. Bila kelembaban rendah, stek akan cepat mati karena kandungan air dalam stek pada umumnya sangat rendah sehingga stek menjadi kering sebelum membentuk akar (Rochiman dan Harjadi, 1973).
d. Intensitas cahaya
Cahaya dibutuhkan tanaman sebagai salah satu komponen dalam proses fotosintesis, untuk itu intensitas cahaya yang sesuai untuk tanaman akan menentukan keberhasilan stek. Pengaturan intensitas cahaya dapat dilakukan dengan pengaturan intensitas naungan.
Selain dari factor – factor di atas, perawatan dan pemeliharaan dari tanaman yang di biakkan melalui tekhnik stek sangat dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan dari stek tersebut. Dari praktikum yang dilakukan, tidak tumbuhnya dari stek dapat saja disebabkan oleh perawatan yang kurang maksimal.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
I. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Untuk keberhasilan stek, perlu memperhatikan kondisi yang di butuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan stek.
2. Perawatan dan pemeliharaan sangat di butuhkan untuk meningkatkan kemungkinan dari stek untuk tumbuh.
II. Saran
Untuk keberhasilan dari tekhnik stek, sangat dibutuhkan pemeliharaan yang maksimal dan harus memperhatikan factor – factor pendukung dari stek tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Deaman, M. 1986. Mencangkon, Menyetek, dan Mengokulasi Tanaman. Jakarta : Bhratara Karya Aksara.
Frasiskus, harum. 2006. Tehnik Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman Buah. Bogor : World Agroforestry Centre (ICRAF) & Winrock International.
Hariyanto, bambang. 1992. Jenis, Perbanyakan, dan Perawatan Tanaman. Bogor: PT Penebar Swadayana.
Nugroho H. 1992. Perbanyakan, dan Perawatan Tanaman. Bogor : PT Gramedia..
Wudianto, Rini. 1988. Membuat Cangkok, Stek, dan Okolasi. Jakarta : Penebar Swadaya.
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Mencangkok adalah suatu cara mengembangbiakkan tumbuhan dengan jalan menguliti batang yang ada lalu bungkus dengan tanah agar akarnya tumbuh. Jika akar sudah muncul akar yang kokoh, maka batang tersebut sudah bisa dipotong dan ditanam di tempat lain, mencangkok juga dapat diartikan suatu perbanyakan vegetatif secara buatan tanpa baikan dengan menggunakan bagian dari tanaman.
Perkembangbiakan baik secara vegetatif sebagian besar berasal dari salah satu bagian tanaman, misalnyaberasal dari batang, akar, daun, dan lain-lain, atau bisa juga disebut bibit. Sedangkan perkembangbiakan secara generatif umumnya berasal dari biji. Pada kenyataannya kita dapat membedakan antara bibit dan benih yang keduanya digunakan dalam proses pembiakan tanaman.
Sebagian besar pertumbuhan hasil cangkokan lebih cepat dikarenakan cadangan makanan yang ada pada batang yang telah dicangkok sudah mencukupi untuk melakukan fotosintesis, sehingga pertumbuhan menjadi langsung berlanjut tanpa mengalami strees atau terminal. Jenis tanaman yang sering dicangkok adalah tanaman yang menghasilkan buah. Karena dengan mencangkok tanaman tersebut cepat menghasilkan buah. Beberapa teknik mencangkok pada praktikum ini akan dipelajari supaya kesalahan yang belum kita ketahui sebelumnya dalam pencangkokan segera bisa kita perbaiki dan tidak terulang kembali.
Kegiatan perbanyakan tanaman dengan mencangkok merupakan kegiatan yang biasa dilakukan di nursery tanaman buah. Tanaman induk yang akan dicangkok dipilih karena karakternya yang diinginkan. Tanaman induk diusahakan setelah dicangkok tidak mati sehingga dapat berkembang kembali dan menjadi tanaman induk untuk dicangkok di kemudian hari lainnya.
II. Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui cara – cara melakukan pencangkokan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu metode yang sering dilakukan dalam pembudidayan tanaman secara vegetatif buatan adalah mencangkok. Mencangkok merupakan usaha yang dilakukan untuk memperbanyak diri dengan menggunakan batang apikal yang masih tumbuh. Mencangkok hanya dapat dilakukan pada tanman dikotil atau berkambium. Pada tanaman monokotil yang tidak mempunyai kambium dan cenderung tumbuh merambat dan mempunyai batang kecil. Selain itu pada tanaman monokotil yang tidak memiliki kambium, apabila dilakukan penyatan pada batang tanaman, secara langsung dapat melukai jaringan pengangkut (floem dan xilem) (Ashari, 1995).
Mencangkok adalah cara memperbanyak tanaman dimana pembentukan akar pada calon tanaman baru terjadi ketika masih melekat pada tanaman induknya. Air dan mineral tetap diangkut melalui xylem ke tunas / cabang yang dicangkok. Dengan demikian, hasil perbanyakan dengan cara mencangkok lebih tinggi daripada hasil perbanyakan denga stek. Ada 2 macam cara mencangkok yang sering dilakukan pada tanaman tertentu (Ismiyati Sutarto,1994).
Cabang pilihan yang akan dicangkok dikelupas kulit cabangnya kirakira 7 cm. Kambium pada cabang dikerik hingga bersih sampai bagian yang dikerik tidak lagi terasa licin tapi kasar. Pengelupasan kulit cabang ini dimaksudkan untuk memutus aliran hara dari batang ke cabang sehingga akar dapat terbentuk pada cabang yang dicangkok. Kemudian pada ujung potongan kulit cabang atas, pasta Rooton F dioleskan. Pengolesan tersebut dimaksudkan untuk mendorong pertumbuhan akar (Wahid, 2000).
Tanaman yang sering dicangkok adalah tanaman yang berkayu (berkambium)hal ini dimaksudkan pada tanaman berkayu tanaman mudah untuk dicangkok. Ada pula tanaman berkayu yang sulit untuk dicangkok misalnya saja cemara atau tanaman berdaun jarum. Ada beberapa tanaman yang tidak berkayu yang dapat dicangkok namun menggunakan cara yang berbeda contohnya tanaman pepaya dan salak (Wudianto, 1997).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan tempat praktikum :
Praktikum pembiakan vegetative dilaksanakan pada tanggal sabtu 25 Mei 2013, yang bertempat didepan program studi hotrikultura fakultas pertanian universitas mataram.
B. Alat dan bahan :
Ø Alat Praktikum :
1. Pisau,Kater
2. Isolasi / seltip
3. Plastic pembungkus
Ø Bahan praktikum :
1. Tanaman Puring ( Codiaeum variegatum )
1.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Pengamatan
Tanaman Cangkok
Ulangan
Keterangan
Puring
1
Tumbuh Akar
2. Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum yang di laksanakan, pencangkokan yang dilakukan pada tanaman puring ( Codiaeum variegatum ) berhasil mengeluarkan akar yang berupa akar adventif. Akar keluar karena adanya aliran zat makanan (karbohidrat) dan auksin (hormon tumbuh yang mendorong keluarnya akar) mengalir kebawah melalui kulit kayu (phloem) dan tertahan di bagian keratan sebelah atas, sehingga pada keratan bagian atas ini terjadi penimbunan karbohidrat dan hormon jadi meningkat dan berbentuk kalus yang berubah menjadi akar tanaman.
Tanaman berkayu hampir semuanya dapat dicangkok dan pengerjaan cangkok sebenarnya sangat mudah, hanya saja perlu memperhatikan beberapa hal saja yaitu waktu mencangkok, pemilihan batang dan pemeliharaan cangkokan. Pilihlah batang yang tidak terlalu tua, kuat, subur dan tidak mengandung penyakit. Lebih bagus lagi bila banyak buahnya. Cangkok baik dilakukan pada saat musim penghujan.
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pencangkokan tanaman adalah : (1) waktu mencangkok, sebaiknya pada musim hujan karena tidak perlu melakukan penyiraman berulang-ulang, (2) Memilih batang cangkok, pohon induk yang digunakan adalah yang umurnya tidak terlalu tua atau terlalu muda, kuat, sehat dan subur serta banyak dan baik buahnya, (3) Pemeliharaan cangkokan, pemeliharaan sudah dianggap cukup bila media cangkokan cukup lembab sepanjang waktu.
Pencangkokan biasanya dilakukan untuk mendapatkan bibit dari pohon terpilih dan mempunyai banyak keunggulan. Namun ada beberapa persyaratan agar tanaman hasil cangkokan memuaskan. Diantaranya adalah pohon induk umurnya sudah cukup, tidak terlalu muda juga tidak terlalu tua. Pohon yang terlalu tua biasanya jumlah cabang yang memenuhi syarat untuk dicangkok hanya sedikit. Sedang pohon yang terlalu muda tentu belum diketahui sifat-sifatnya dengan jelas dan produksi akar keduanya kurang sempurna.
Umur tanaman perlu diketahui agar tidak mengecewakan dan agar mendapat tanaman yang ideal dari segala aspek yang dimiliki oleh tanaman tersebut. Karena tanaman yang masih muda belum diketahui sifat-sifat dan produksi tanaman sehinga kita belum tau banyak keunggulan dari tanaman-tanaman tersebut.
Setelah syarat di atas terpenuhi, selanjutnya di lakukan penyatan sekitar 5cm pada cabang yang dipilih. Setelah penyatan maka harus melakukan pembersihan Kambium.
Kambium terdapat antara jaringan xylem dan floem yang akan nampak jika kulit telah tersayat. Kambium ini hanya terdapat pada tanaman dikotil. Hasil kerja kambium adalah bertambahnya lingkaran batang berkayu. Kambium biasanya berbentuk lendir dan Kambium ini perlu dihilangkan karena akan mengganggu proses pembentukan akar cangkokan.
Cara menghilangkan kambium ada berbagai cara diantaranya dikerik dengan pisau. Yang perlu diperhatikan dalam pengerikan adalah secara perlahan agar jaringan xylem tidak rusak. Karena kerusakan pada xylem akan mengganggu transfer nutrisi tanaman yang dicangkok.
Setelah melakukan pembersihan, kemudian membungkus sayatan dengan media tanah. Membungkus sayatan sangat tergantung dengan media yang dipakai. Pada beberapa media yang rapuh seperti tanah maka yang perlu dilakukan adalah mengikat pembungkus terlebih dahulu yaitu bagian bawahnya dan memasukkan media tanah yang basah, dirapikan dan diikat bagian atas dan bawahnya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
I. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Mencangkok merupakan salah satu tekhnik perkembang biakan vegetative yang dapat dilakukan untuk memperbanyak suatu jenis tanaman.
2. Pengakaran pada cangkok, timbul karena adanya penimbunan karbohidrat dan auksin dari daun yang tertumpuk pada bagian atas dari cangkok. Pada bagian ini akhirnya membentuk kalus, dan membentuk akar.
II. Saran
Untuk melakukan cangkok, harus memperhatikan keadaan media cangkok, jika terlihat kering segera untuk melakukan penyiraman.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2012.Pembiakan Vegetatif Dengan Cara Mencangkok. http://mohammad-ardli.blogspot.com/2012/04/pencangkokan.html. Diakses tanggal 6 July 2013
Ira, Puspa kencana. 2008. Aneka cara Memperbanyak Tanaman. Jakarta: Agromedia pustaka.
Wahid. 2000. Media Bahan Perkembangan Vegetatif. Agro Jurnal : 4-5
Wahyuni, Sri. 1998. Pengembangan Vegetatif Mencangkok. Agro Jurnal : 59
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Dalam pembiakan atau penggandaan tanaman dapat kita kenal salah satu metodenya yaitu penyambungan. Penyambungan dapat mempunyai arti lain dari pada pembiakan vegetatif lainnya, di karenakan ketika tanaman yang tidak dapat dibiakan secara cangkok, stek, merunduk atau lainnya dapat di lakukan metode penyambungan, karena hanya dengan metode penyambungan inilah tanaman tesebut dapat di biakkan. Seperti pada berbagai tanaman buah-buahan yang tidak dapat diperbanyak dengan cara stek, runduk, anakan dan cangkok, tetapi mudah di lakukan penyambungan (enten) dan penyusunan, adalah suatu cara menyambung potongan suatu tanaman pada batang yang telah berakar dari suatu tanaman lain. misalnya pada manggis, blimbing, dan lain sebagainya. Dilakukannya penyambungan itu pun harus mempertimbangkan beberapa faktor, faktor-faktor tersebut baik yang dating dari tanaman itu sendiri seperti hubungan kekerabatan antara tanaman yang digunakan sebagai batang atas dengan tanaman ynag digunakan sebagai batang bawah. Dan faktor lain yang harus dipertimbangkan juga adalah faktor lingkungan dan faktor pelaksanaan yang mencangkup pemotongan dan pemeliharaan sambungan.
Jadi pada proses penyambungan merupakan salah satu jenis alternatif yang dapat dilakukan ketikan tanaman tidak dapat di kembangbiakan secara vegetatif selain penyambungan itu sendiri. Karena apabila proses penyambungan tidak di lakukan maka regenerasi bagi tanaman tersebut tidak dapat dilakukan, sehingga dapat mengakibatkan kepunahan secara cepat dari pada tanaman tersebut.
Proses penyambungan ini juga merupakan warisan budaya dari leluhur kita, di karenakan keberadaan proses ini tidak memerlukan cara yang rumit serta alat dan bahannya pun dapat mudah di temukan serta murah. Oleh karena itu proses pembiakan jenis ini dapat di pilih sebagai solusi ketika perekonomian pas-pasan dan tidak di mungkinkannya tanaman untuk di biakan dengan cara lain selain menyambung itu sendiri.
Pembiakan tanpa kawin adalah cara pembiakan yang akan menghasilkan tanaman yang sama persis secara genetik dengan induknya. Pembiakan dengan cara tersebut, biasa dilakukan orang untuk memperbanyak suatu varietas secara mudah dan cepat. Setek dan cangkok, adalah perbanyakan untuk secepatnya mendapatkan tanaman dengan tajuk yang lebat, tetapi cara ini tidak cepat menghasilkan caudex atau bonggol yang besar dan indah. Untuk menghasilkan tanaman adenium dengancaudex atau bonggol yang besar dan indah, serta menghasilkan tajuk yang identik dengan induknya, maka ditempuh dua cara perbanyakan, yaitu perbanyakan dari biji untuk menghasilkan tanaman dengan bonggol yang indah, dan selanjutnya dilakukan cara grafting untuk mendapatkan tajuk tanaman yang identik sifat atau karakteristiknya dengan induk yang dikehendaki.
II. Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui tata cara melakukan perbanyakan tanaman dengan tekhnik Menyambung
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pembiakan vegetatif adalah suatu metode perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian tanaman itu sendiri (bagian-bagian vegetatif yakni akar, batang dan daun) tanpa melibatkan proses pembuahan sehingga sifat tanaman induk dapat dipertahankan dan diturunkan ke tanaman anakan (Hartman dan Kester 1983).
Salah satu teknik pembiakan vegetatif adalah grafting, yaitu suatu seni menyambung bagian dari satu tanaman (sepotong pucuk) ke bagian tanaman lain (rootstock) sedemikian rupa sehingga tercapai persenyawaan dan kombinasi ini terus tumbuh membentuk tanaman baru (Mahlstede dan Haber 1957; Hartman dan Kester 1978).
Pembiakan vegetatif dengan grafting memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan pembiakan generatif. Salah satu keuntungan dari grafting ialah banyak digunakan untuk produksi bibit yang akan ditanam di kebun benih dan bermanfaat untuk penyelamatan kandungan genetik tanaman (Sukendro, 2007).
Menyambung atau enten, yang telah di kenal dan dipraktikan sejak beberapa abad, adalah suatu cara menyambung potongan suatu tanaman pada batang yang telah berakar dari suatu tanaman lain. Beberapa cara pembiakan aseksual lain, pada potongan yang disambungkan tidak terjadi regenerasi organ-organ baru tetapi merupakan suatu kesatuan dengan batang yang berakar tadi. Batang berakar tempat potongan di sambungkan di sebut tanaman bawah. Akar kadang-kadang juga digunakan sebagai tanaman bawah. Potongan-potongan yang disambungkan disebut tanaman atas, atau tunas okulasi. Seluruh bagian atas dari tanaman bawah dibuang dan digantikan dengan tunas okulasi atau tanaman bawah. Banyak jenis tanaman buah-buahan yang sukar di perbanyak dengan setek, runduk, anakan dan cangkok, tetapi mudah di perbanyak dengan penyambungan dan penyusunan, misalnya pada manggis, belimbing dan sebagainya (Rahardja, 2003 ).
Pertautan sambungan juga ditentukan kompatibilitas antara batang bawah dan entris sebagai batang atas. Dari hasil pengamatan tidak terlihat adanya gejala inkompatibilitas antara batang bawah dengan batang atas. Inkompatibilitas adalah keadaan kegagalan batang atas dan batang bawah membentuk pohon gabungan. (Rochimin dan Harjadi,1973)
Gejala-gejala inkompatibilitas diantaranya adalah kegagalan membentuk sambungan dalam persentase yang tinggi, daun menguning, pertumbuhan vegetatif menurun, mati pucuk dan tanaman merana, tanaman mati belum pada waktunya, perbedaan nyata dalam kecepatan tumbuh atau ketegapan tumbuh antara stock (batang bawah) dan scion (batang atas), dan perbedaan pertumbuhan pada sebagian batang atas atau sebagian batang bawah sambungan (Hamid, 2011).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan tempat praktikum :
Praktikum pembiakan vegetatife dilaksanakan pada tanggal sabtu 25 mei 2013, yang bertempat didepan program studi hotrikultura fakultas pertanian universitas mataram.
B. Alat dan bahan :
Ø Alat Praktikum :
1. Pisau,Kater
2. Isolasi / seltip
3. Plastic pembungkus
Ø Bahan praktikum :
1. Tanaman jarak ( Jatropha curcas L )
2. Tanaman Batafia ( Jatropha integerrima Jacq )
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Pengamatan
Tanaman
Batang atas
Batang Bawah
Keterangan
Tanaman Batafia
( Jatropha integerrima Jacq )
Tanaman jarak
( Jatropha curcas L )
Batang atas mengering dan mati. Sambungan tidak berhasil
2. Pembahasan
Berdasarkan penyambungan yang telah dilakukan antara tanaman jarak pagar sebagai batang bawah, dengan tanaman batafia sebagai batang atas, didapatkan hasil, daun – daun pada batang atas mongering, kemudian disusul oleh batang atas mongering.
Diduga kegagalan dalam pencangkokan ini karena beberapa hal, yakni :
· Pengikat sambungan kurang kuat
Bila pengikatan tidak kuat akan menyebabkan beberapa masalah seperti. Pertama batang atas akan mudak terlepas atu berubah posisi ketika tersenggol. Batang atas tidak menempel dengan sempurna dengan batang bawah jadi permukaan batang yang maenempel dengan permukaan bidang bawah menjadi tidak merata sehingga menghalangi penyatuan jaringan antara batang dan transmisi supply dari batang bawah menjadi tidak lancar bahkan tidak berhasil sama sekali. Akibatnya batang akan menjadi kering (Sardijanto, 2006).
· Pengikat sambungan terlalu kuat
Jika penngikat terlalu kuat dapat menyebabkan sebagian jaringan kapiler tertekan. Dengan demikian, akan menyebabkan persoalan seperti: menghambat penyaluransupply ke batang atas. Menyebabkan getah atu cairan pada batang atas terperas terutama bila batang atas terlalu muda (Sardijanto, 2006).
· Terjadi penguapan yang berlebih
Bila penguapan terjadi secara berlebih, maka biasanya uap air banyak yang menempel peda dinding plastik bagian dalam dan kemudian turun menyatu mengenai bagian batang penyambungan, yang akan menyebabkan pembusukan pada bagian yang terkena air. Penguapan berlebih juga bisa menyebabkan tumbuhnya jamur pada batang atas terutama bila peralatan yang digunakan tidak steril ditambah faktor kelembapan yang tinggi.
· Batang bawah terlalu muda
Penggunaan batang bawah yeng terlalu muda akan membawa resiko kegagalan. Jadi sebaiknya menggunakan batang bawah yang sudah siap digunakan dalam penyambungan.
· Batang atas terlalu muda
Penggunaan batang atas yang terlalu muda juga akan membawa resiko kegagalan. Jadi sebaiknya menggunakan batang bawah yang sudah siap digunakan dalam penyambungan.
· Batang atas terlalu pendek
Penggunan batang atas sebaiknya menggunakan batang dengan panjang 5-8 cm yang berisi calon mata tunas 4-6 buah, bila menggunakan batang yang terlalu pendek maka tingkat keberhasilanya akan kecil.
· Terlalu cepat terkena sinar matahari langsung
Hal ini kan menyebabkan penguapan yang berlebih, dan nantinya akan menyebabkan persoalan sama seperti dalam permasalahan terjadinya penguapan yang berlebih yaiti tanaman membusuk atau berjamue.
· Terlalu cepat terkena air
Bila tanaman terlalu cepat terkenair kemungkinan bagian sambungan akana ikut terkena dan akan mengakibatkan batang membusuk atau berjamur.
· Suhu setempat terlalu tinggi
Untuk mendukung keberhasilan penyambungan suhu haruslah sesuai, bila suhu terlalu panas atau dingin ini nantinya tidak akan baik.
· Kelembapan relative terlalu tinggi
Kelembapan setempat akan berpengaruh tumbuhnya jamur pada daerah sekitar penyambungan, dan apabila peralatan yang digunakan sebelumnya tidak steril.
· Peralatan yang di gunakan tidak steril
Apabila peralatan yang digunakan tidak steril nantinya akan menyebabkan tumbuhnya bakteri atau jamur yang akan menghambat penyatuan jaringan antara batang atas dan batang bawah.
· Keterampilan
Keterampilan disini adalah cara kita memotong sudah benar dan baikkah, karena bila pemotongan salah bisa-bisa akan merusak jaringan pada batang yang akan kita sambung.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
I. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa, kegagalan dalam penyambungan dapat terjadi karena, keterampilan, peralatan yang di gunakan tidak steril kelembapan relative terlalu tinggi, suhu setempat terlalu tinggi, terlalu cepat terkena air, terlalu cepat terkena sinar matahari langsung, batang atas terlalu pendek, batang atas terlalu muda, batang bawah terlalu muda, terjadi penguapan yang berlebih, pengikat sambungan terlalu kuat, pengikat sambungan kurang kuat.
II. Saran
Untuk melakukan teknik penyambungan, maka pengerjaan dan pemelihaaran harus benar – benar dilakukan dengan baik, agar penyambungan dapat berhasil.
DAFTAR PUSTAKA
Adinugraha. 2007. Teknik Pembibitan Dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman Hias. Bogor: World Agroforestry Centre.
Hamid, N. Yusran. 2011. Keberhasilan Okulasi Varietas Jeruk Manis Pada Berbagai Perbandingan Pupuk Kandang. Jurnal Media Litbang Sulteng Vol IV (2) : 97 – 104.
Rahardja, P.C. 2003. Aneka Cara Memperbanyak Tanaman. Surabaya:Agromedia Pustaka.
Sukendro, Andi. 2010. Study of Vegetative Propagation on Intsia bijuga (Colebr.) O.K. with Grafting. Jurnal Silvikultur Tropika. Vol. 24(7): 6 – 10.
makasih postingannya, sangat membantu ;)
ReplyDelete